Cerita Sex Agus Berhubungan Dengan Tante Lisa Saat Rumah Sedang Kosong
Agus termasuk salah seorang pembaca yang terseleksi, ia segera penuhi syarat yang kuajukan. Pada emailnya berikut rupanya Agus langsung memberi apa sebagai syaratku bahkan juga berikut photo dianya. Bicaranya di e-mail cukup santun dan tidak berbelit-belit.
Foto Foto Bokep – Umur Agus rupanya baru 16 tahun, masih siswa SMU. Tetapi bentuk dan performanya seperti telah berumur sekitaran 27 tahun, tidak berarti muka Agus terlihat lebih tua dari umurnya, tetapi kedewasaan dan performa Agus tersebut yang membuat ia seperti telah betul-betul dewasa.
Aku juga membalasnya e-mail Agus dengan perkataan terima kasih, dan kukirim photo diriku. Pada e-mail berikut kami juga tukar kata dan beberapa foto kami lainnya sekalian tukar biodata. Terang-terangan saya cukup kaget waktu ketahui jika rupanya Agus baru berumur 16 tahun dan SMU. Bermakna ia 12 tahun lebih muda dariku, tetapi seseorang tidak yakin pada umur Agus sebenarnya jika menyaksikan performa dan figur Agus, demikian juga dengan diriku.
Semenjak kami kenalan, tiap pulang dari sekolah Agus selalu tiba ke Kebun Binatang Surabaya (KBS) tempatku bekerja sebagai dokter hewan. Setiap tiba menjumpaiku, Agus memang sebelumnya tidak pernah menggunakan pakaian seragam sekolah, hingga banyak rekanan kerjaku yang tertipu oleh performanya. Mereka memandang Agus ialah kekasihku, hingga banyak pula yang cemburu padaku saat Agus temaniku sampai sore di KBS.
Walaupun performanya cukup dewasa, tetapi karakter kekanak-kanakan Agus tetap terlihat, mahfum agar bagaimana juga umur Agus masih 16 tahun. Berbicara masalah seks, Agus masih seperti remaja yang lain baru dalam saat perkembangan, kemauannya besar sekali tetapi tetap takut-takut.
Agus bercerita jika untuk salurkan libidonya, ia kerap lakukan masturbasi di muka computer, sekalian membaca tulisan-tulisan di novelseks. Sebenarnya ia benar-benar tidak pernah melakukan karena boro-boro ML, menyaksikan badan wanita telanjang secara riil saja tidak pernah, paling-paling dilihatnya di beberapa film BF yang ia putar tanpa setahu ke-2 orang tuanya.
Jalinan kami makin hari makin dekat, seperti sepasang remaja yang asyik pacaran memadu kasih. Sejak awal kali saya telah mengingati Agus dan kerap kali kuingatkan kembali supaya Agus tidak begitu terbuai dengan jalinan kami ini, karena saya memanglah tidak ingin jatuh hati apalagi married.
Agus juga ingin memahami, menjadi jalinan kami ialah sekadar persahabatan saja dan cuma sama-sama sama-sama menyukai satu sama yang lainnya. Selama ini jalinan kami biasa saja sampai di sore ini, saat Agus mengantarku pulang. Memang semenjak tadi siang Agus telah mengunjungiku di KBS dan kami pulang sama. Kebenaran kendaraanku akhir-akhir ini digunakan Papaku, menjadi tiap pagi saya didrop dan sore harinya dijemput dari KBS. Semenjak saya mengenal dengan Agus, Papaku tidak perlu jemputku kembali karena saya selalu pulang dengan diantarkan oleh Agus.
Sesampainya di rumahku Agus kupersilakan untuk masuk, karena ia harus menantiku mandi. Saya barusan memang minta bantuan Agus mengantarku ke Gramedia untuk beli buku mengenai pelestarian, tetapi saya ingin pulang mandi dahulu karena tubuhku berasa panas sekali dan berbau keringat.
Waktu itu rumahku masih kosong, Papaku belum pulang dan Mamaku entahlah pergi ke mana, dan adikku mungkin tetap di universitas. Menyaksikan situasi rumah yang sepi ini, mendadak muncul keisenganku sampai kutanyakan pada Agus..
“Gus! Kamu betul-betul sepanjang umur tidak pernah saksikan cewek telanjang bundar di hadapanmu?”
“Belum! Emangnya mengapa?” sahut Agus.
“Jika ada cewek siap telanjang di hadapanmu bagaimana?” tanyaku seterusnya. Ternyata Agus telah memahami ke mana arah perbincanganku seterusnya.
“Emangnya Mbak Lia ingin telanjang bundar di hadapanku?” bertanya Agus sedikit memikat.
“Yok kita masuk ke dalam kamarku” ajakku pada Agus sekalian mengambil langkah masuk ke dalam kamar, dan Agus juga meng ikuti langkahku dari belakang.
Kututup dan kukunci pintu kamarku dari dalam. Selanjutnya kubuka satu-satu kancing hemku dan kutanggalkan demikian saja di depan Agus yang duduk di tepian tempat tidurku. Payudaraku yang ranum menarik secara langsung terpajang terang di depan Agus karena saya sebelumnya tidak pernah menggunakan BH.
Kubuka hubungan rok miniku dan kubiarkan terluncur ke lantai demikian saja sampai sekarang badanku juga nyaris telanjang bundar. Cuma sisa CD mini yang kukenakan, modenya G String dengan seutas tali nylon melingkar di pinggangku, bekasnya seutas nylon yang terhubung dari belakang pinggang ke bawah, memutari selangkangan lewat belahan bokongku. Pada bagian depan cuma berbentuk kain sutera tipis menembus pandang berwujud segi-tiga, ukuran tidak lebih dari seukur dua jemari yang perannya cuma sanggup tutupi sisi luar lubang vaginaku. Untuk melepasnya lumayan menarik ke-2 ikatan yang terdapat di sisi kiri kanan pinggangku.
Saya menyengaja minta supaya Agus yang menanggalkan tersisa penutup badanku. Cukup dengan sekali tarikan di ujung tali nylon yang mengikat di pinggangku, lepas telah G Stringku dan secara langsung terluncur ke lantai. Sekarang aku juga betul-betul telanjang bundar di depan Agus, tanpa satu helai benang juga tutupi badan molekku.
Dapat kusaksikan benjolan besar pada bagian depan celana Agus. Ternyata Agus langsung horny demikian menyaksikan saya betul-betul telanjang bundar di hadapannya. Napasnya terlihat turun naik mulai tidak teratur. Kutinggalkan Agus demikian saja, dan saya segera masuk ke dalam kamar mandi yang ada dalam kamarku.
Menyengaja saat saya mandi, pintu kamar mandi kubiarkan lebar terbuka hingga Agus dapat secara jelas menyaksikan semua aktivitasku didalamnya. Ternyata Agus telah betul-betul tidak kuat sampai dilepaskan semua bajunya sampai telanjang bundar. Agus mengambil langkah dari tempat tidurku dan berdiri pada pintu kamar mandi melihatku sekalian mengocak tangkai kemaluannya yang telah berdiri yang tegak seperti Tugu Pahlawan.
Menyaksikannya, saya ajak Agus untuk sama mandi. Lantas kami berdua berdiri di atas bathtub, sama-sama gosok dan sama-sama menyabuni badan kami dengan berganti-gantian. Tangan Agus selalu ‘parkir’ di wilayah sensitifku. Walaupun tidak pernah lakukan ML tidak berarti Agus tidak memahami tempat wilayah sensitifku karena sebagian besar wilayah sensitifku itu digerayanginya hingga membuat gairahku langsung naik puncak.
Saya mendesah kepuasan saat jari-jari tangan Agus mainkan klitorisku sampai dari dalam lubang vaginaku mengucur cairan bening hangat. Saya seolah tidak sanggup berdiri kembali. Tubuhku sedikit berjongkok meredam rasa yang hendak meletus dari dalam badanku. Lantas kuajak Agus supaya selekasnya menuntaskan mandi.
Dengan keringkan badan seadanya kami keluar kamar mandi. Lantas kududukkan Agus di pinggiran tempat tidurku dan saya berjongkok di depan selangkangannya. Langsung kuraih dan kukulum tangkai kemaluannya. Agus sedikit kaget tetapi tidak menampik saat saya masukkan tangkai kemaluannya ke mulutku. Kujilat kepala kemaluannya dengan penuh gairah, lidahku sapu tangkai kemaluannya sampai ke-2 biji pelirnya. Agus merebahkan tubuhnya ke arah tempat tidur saat mulutku mengulum biji pelirnya. Tanganku mengocak-ngocok tangkai kemaluannya.
“Uu.. Uuh! Mbak saya ingin kencing nich!” hebat Agus. Dan.. croo.. oot! Cree.. eet! See.. eerrt! Sperma Agus betul-betul muncrat tumpah keluar membasahi muka dan rambut kepalaku.
“Aduu.. Uuh! Sedap sekali Mbak!” tutur Agus padaku.
“Edan! Kok cepat sekali orgasmenya Gus?” tanyaku.
“Belum-belum kok telah keluar?” timpalku kembali.
“Iya Mbak! Habis sedap sekali, lebih sedap dibanding yang kulakukan sendiri sejauh ini”, kata Agus.
“Mari Mbak, saat ini gantian Mbak”, lanjut Agus sekalian menarikku ke arah tempat tidur, dan aku juga menurut secara langsung naik ke atas tempat tidur dengan menelentangkan tubuh.
Agus langsung mencium bibirku dan kubalas dengan lumatan dan rabaan di punggungnya. Mulut kami sama-sama berpagut, mulut kami sama-sama lumat, sama-sama menjulurkan lidah berganti-gantian. Gairahku barusan sebetulnya telah capai pucuk, tetapi sedikit turun saat belum-belum Agus telah alami orgasme saat kukulum tangkai kemaluannya.
Sekarang keinginanku mulai naik kembali, saya menjadi makin liar saja saat tangan Agus bergerilya di wilayah sekitar selangkanganku. Agus mulai lakukan jilatannya, lidahnya menjilat-jilati seputaran telinga, leher, dada dan payudaraku.
Itil V3
Saya menjadi merasa geli sekali saat ujung lidah Agus sapu semua sisi payudaraku. Puting susuku digigitnya bibirnya dan dikulum-kulum. Jilatannya ke arah langsung ke bawah sapu tiap jengkal perutku. Pusarku juga tidak lepas dari jilatannya.
“Uu.. Uuh! Gus! Kamu rupanya pandai membuat wanita kelojotan”, kataku.
Agus cuma diamkan ucapanku, mulutnya turun terus menciumi paha sampai lututku. Mulutnya naik menciumi lagi dan menjilat-jilati pahaku sisi dalam yang peka sampai saya menjadi betul-betul tidak kuat dibikinnya. Kuraih kepala Agus dan kujambak sedikit sekalian menariknya ke atas. Agus memahami apa mauku, kepalanya meng ikuti tarikan tanganku yang mengarahkannya ke pangkal pahaku yang kubuka lebih lebar .
Mulut Agus langsung tenggelam di pangkal selangkanganku, mulutnya menyikat bibir vaginaku dan lidahnya langsung dijulurkan dan mengorek sela lipatan bibir vaginaku. Entahlah seberapa banyak telah cairan lendir yang mengucur keluar dalam lubang vaginaku dan bibir vaginaku menjadi ternganga lebar. Saya telah betul-betul tidak sanggup kembali membendung gelombang orgasmeku saat mulut Agus mengulum klitorisku. Rasa meletus-ledak dari dalam badanku pada akhirnya betul-betul meletus dengan hebat saat lidahnya permainkan ujung klitorisku.
“Uu.. Uucch! Teruu.. Uus! Terus Gus!” desahku.
“Auu.. Uucch!”
Vaginaku menjadi becek sekali. Bokongku kuangkat dan kugoyangkan meng ikuti jilatan lidah Agus. Badanku menggigil sedikit kejang dan..
“Aa.. Aaff! Oo.. Oocch! Aduu.. Uuh! Gus! Telah Gus, saya telah orgasme” kataku sekalian mendesis.
“Bagaimana Mbak, senang tidak?” bertanya Agus padaku.
Saya tidak sanggup menjawab pertanyaannya, cuma menggangguk sekalian berdehem saja.
Comments are closed.