Cerita Sex Hubungan Intim DI Hotel Mbak Santi & Temannya
Sesampai di discothique. Kami cari table yang kosong dan vital di sudut tetapi dapat menyaksikan floor dance. “Saya sedang pesan kembali satu untuk kita berdua,” kata Mbak Santi.
Untuk “on”, saya memang perlu dorongan inex, tetapi cukup 1/2, sedangkan satu separuhnya kembali untuk Mbak Santi. Rupanya ukuran satu 1/2 baru cukup buat Mbak Santi. Rupanya Mbak Santi sukai triping.
Cersex Bergambar – Order tidak lama tiba. Kubayar bill-nya. Ditanganku ada dua butir pil inex, yang satu saya untuk dua. Mbak Santi selekasnya menelan satu 1/2, dan bekasnya untuk ku. Sesudah 15 menit, Mbak Santi kelihatan makin on. Karena itu kami berjoget, menari-nari, dan berteriak senang dalam diskotek yang penuh sama orang yang sama triping.
Saat saya berdiri dan menyaksikan Mbak Santi “ON” berjoget dengan erotisnya, selang beberapa saat Mbak Santi mendekati dan rapatkan badannya yang mulus itu ke depanku. Dia kenakan t-shirt putih dan celana warna gelap. Dalam keremangan dan kilatan lampu diskotek, dia terlihat manis dan anggun. Saya sibukkan lagi diri bergoyang dan merengkuhnya belakang badannya. Kadang-kadang tangan ku dengan nakal meremas dada Mbak Santi yang tetap tertutup baju, Tanganku semakin nakal coba mengelana dibalik bajunya dan meremas ke dua gunung kembarnya yang tetap terikat BH.
Tanganku pada akhirnya dapat rasakan lembut dari payudara Mbak Santi, jari-jari ku mencari puting payudara Mbak Santi dengan menyelusup ke BH Mbak Santi. Saya remas dada Mbak Santi dengan hati, lantas tanganku mengarah ke punggung Mbak Santi berusaha buka pengait bra itu, saya telah sukses melepaskan pengait BH nya hingga dengan bebas tangan kananku membelai dan meremas buah dadanya yang keras sementara tangan kiriku tetap mendekapnya dan mulutku juga menciumi leher tingkatan itu, sekalian tanganku mainkan pucuk puting susu itu sampai memeras karena remasan tanganku.
Sementara Mbak Santi cuma pejamkan matanya menghayati tiap jamahan tangan dan terus bergoyang meng ikuti irama, saya terus mengelus dadanya hingga membuat Mbak Santi dari pergerakan badannya Mbak Santi memang terlihat ingin sekali dipuasi, kelihatan dari bokongnya yang montok dan tetap terikat rok, terus mendekat ke ke belakang. “Kamu telah on berat ya?” ucapnya. Saya tersenyum, kupeluk badannya dan kucium pipinya.
Pada jam 02.00 pagi, DJ umumkan discothique terus akan membuka sampai jam 05.00.
Pengunjung bersorak-sorai ria senang. Tetapi Mbak Santi keliatannya mulai “Droop”.
“Sayang saya telah capek,” keluh Mbak Santi.
“Ah, saat capek, sayang,” ucapku sekalian terus merengkuh kuat dan menciumi leher belakangnya.
“Sayang.. kita pulang yok..,” ucapnya. “Saya ingin istirahat”.
“Pulang ke mana?” tanyaku.
“Ke mana saja” jawabannya. Saya baru memahami, jika ia ingin berlanjut ke tempat tidur.
“Saya sebetulnya telah reservasi kamar di hotel dekat sini” katanya.
“Jika demikian. kita ke situ”
“Tetapi nantikan, saya ingin katakan teman dahulu yang sedang digaet cowok di sudut sana,” ucapnya.
Pas jam 02:30 pagi hari kami keluar discothique itu dengan rasa senang dan suka terus kami ke arah hotel. Sesampai kami dikamar Mbak Santi segera berjoget kembali ini kali tanpa musik tetapi ia yang menyanyi dan sambil menanggalkan bajunya cocok mirip orang sedang menari striptis, saya cuma menyaksikan dan duduk di suatu bangku sofa yang terdapat pas dimuka jendela.
Sekalian menari dan menanggalkan bajunya Mbak Santi mendekati saya dan selekasnya jongkok dimuka saya sekalian buka resleting celana saya, saya cuma memerhatikan apa yang hendak dilakukan, “Wowww.. besar dan kuat sekali.. buat Santi ya..”
Selanjutnya Mbak Santi mengulum penisku yang menegang semenjak barusan.
“Ooogghh.. sshh.. sedap sekali San..”, ucapku.
Ia keluarkan penis saya yang telah 1/2 tegang dan secara langsung diisapnya dalam-dalam. Jago memang Mbak Santi saat mainkan hisapannya, sekalian menghisap lidahnya terus menari dan meliuk dilanjutkan ke buah zakar saya, sesudah 10 menit naik dan turun ia hisap dan jilatin penis saya, Mbak Santi melempar badannya ke atas kasur, dan jatuh terlentang. Langsung saya menangkapnya, dan kami bercumbu dengan dorongan gairah tinggi sekali karena dampak inex.
Kami berciuman, beradu lidah dan berganti-gantian menyedotnya. Kuciumi pipinya, matanya, keningnya, dagunya. Kujilati daun telingaya, dan kusodok-sodok lubang telinganya dengan lidahku.
Tanganku tidak diam. Mengelus dan meremas rambutnya, telusuri leher dan belahan dadanya. Kuusuap-usap perutnya, punggungnya, dan pantatnya. Kubekap vaginanya yang banyak bulu lembut yang rimbun. Jemari manis dan telunjukku renggangkan tepian vagina Rani. lantas jemari tengahku mengorek-ngorek klitorisnya dengan penuh hati.
“Ooh.. sshh.. aahh..!” desah Mbak Santi.
“Sayang..,” dengusku sekalian terus mencumbunya.
Saya tarik tanganku dari vagina Mbak Santi. Sekarang ke-2 tanganku mengelus-elus tepian payudaranya. Berputar-putar hingga kemudian meremas sisi putingnya. Pada akhirnya anganku terwujud.
“Oooh.. terus.. say..!” desah Mbak Santi kembali.
Saya jilati tepian buah dadanya, lantas mengisap putingnya.
“Oohh.. sayang..!” Mbak Santi mendesah nikmat. Mbak Santi bangun dan menggerakkan saya agar terlentang. Dia lakukan cumbuan mengikuti caraku. Dia juga meringkus penisku dan mengelusnya dengan penekanan yang menghidupkan birahi. Mbak Santi memutarkan tubuh di atas badanku yang terlentang. Dia menciumi dan menjilat-jilati penisku sementara vaginanya disumpalkan ke mulutku.
Pada akhirnya Mbak Santi jatuhkan diri ke arah tempat tidur dan tarik tanganku. Sementara buah dadanya semakin kuat. Putingnya semakin memeras. Napasnya terengah-engah. Keringat telah membasahi sekujur badannya. Seperti keringatku. napasku. sang nagaku yang telah meronta. Ia kelihatannya kebingungan saat kuambil dua bantal. Secara halus kuangkat badannya, lantas bantal itu kuletakkan di bawah bokongnya. Menyokong badan sisi bawahnya. Membuat pahanya yang putih mulus semakin melawan. Ditambah saat bukit venus dengan bulu-bulu lembutnya menyembul ke atas. Membuat magmaku berasa ingin meletus. Ia mengeluh saat lidahku selanjutnya jariku mengelus-elus bulu-bulu tersebut. Ia menjerit saat kucoba menyingkap kemaluannya dengan jemari telun-jukku. Otot pahanya meregang saat kuhisap clitorisnya.
“Masukan penismu, cepat sayang,” rintihnya.
“Aahh..!” rintihan kepuasannya ini kali kedengar hampir seperti jeritan. Saya jongkok di tepi tempat tidur, kutarik kaki Mbak Santi sampai pantatnya ada di pinggir tempat tidur. Kusingkap selangkangannya, dan kulumat vaginanya yang telah becek.
Kubalikkan badannya, kujilati pantatnya sekalian kadang-kadang 1/2 menggigitnya. Kukorek-korek anusnya dengan jemari tengahku.
“Ouuwww.. ooh.. sshh.. sayang, cepat saran!” ucapnya memelas-melas.
Makin Mbak Santi menghangat birahi, saya makin terus permainkannya dan belum ingin lakukan penetratif. Saya menyaksikan Mbak Santi sampai teteskan air mata meredam orgasme.
Digenggamnya penisku yang telah jadi membesar ini. Ia tuntun dan penisku berasa sentuh bibir kemaluannya. Ia melepas pegangannya. Kudorong sedikit. Ia menjerit. Kutahan napas. Lantas kutekan kembali. Ia memekik. Pada dorongan beberapa kalinya target lepas kembali. Ia tersengal-sengal. Saya ambil posisi. Duduk 1/2 jongkok, ke-2 kakinya kutarik. Membuat capitan atas badanku. Kuarahkan penisku ke lubang yang basah dan menganga tersebut. Saat kudorong ia meremas rambutku kuat-kuat. Kutekan. Dan kutekan terus. Tidak mempedulikan rintihannya. Ke-2 kakinya meregang ototnya. Dengan penuh kepercayaan kutambah tenaga doronganku. Pertama berasa gemeretaknya tulang. Selanjutnya berasa suatu hal yang plong. Membuat ia menjerit, mendesah keras,
“Acchh.. sshh..”
Saat kupacu ia irama yang lebih lambat ia mengeluh, menjerit, mendesah terus. Kuubah posisi. Sekarang ke-2 tanganku ada di belakang punggungnya. Membuat hubungan antara ketiaknya. Ia meremas rambutku bersamaan dengan turun-naiknya badanku. Kukunya mencengkeram punggungku saat kukayuh bokongku penuh irama. Naik dan turun. Ambil dan dorong. Rintihan dan jeritannya seolah tidak kupedulikan. Saya stop di tengah jalan. Ia meronta. Buka matanya. Dengan muka kuyu. Dari keringat kami yang bersatu. Tanpa diperhitungkan, ia mulai meng ikuti irama permainanku. Dengan meredam merasa sakit ia gerakkan pinggulnya. Putar dan putar. Kadang-kadang membentak badanku yang di atasnya.
Selang beberapa saat Mbak Santi mengubah posisi menempati pahaku, menggenggam penisku dan ditempatkannya perlahan ke vaginanya.
“Uppss.. ooh..” rasanya sangat nikmat penisku di dalam vaginanya. Mbak Santi terus bergoyang turun naik.
“Ahh.. sedap..”erangku.
Mbak Santi terus bergoyang sekalian menjerit kecil. Dadanya yang turun naik langsung kuremas. Lantas kubalikkan tempatnya kebawah.Dan saya giliran memompanya di atas. Saya terus memompa hingga kemudian ia mengeluh panjang. Otot vaginanya kontraksi meremas penisku
“Oghh.. saya telah keluar sayang..” erang Mbak Santi.
Mendadak, pintu kamar ada yang mengetok.
“San.. San!” suara wanita.
Saya terkejut dan sebelumnya sempat berhenti mencumbu Mbak Santi.
“Lanjutkan, sayang..! Itu temanku, diamkan saja,” kata Mbak Santi.
“San..!” pintu diketok kembali di ikuti suara panggilan.
“Masuk saja, Lin, tidak digembok, kok” tutur Mbak Santi.
“Huuss..!! Kita kembali nanggung dan bugil ini saat temanmu diminta masuk..?” sergahku.
“Tidak ada apa-apa, cuek saja..” kata Mbak Santi mudah sekalian tersenyum manis.
“Wah, ternyata kembali pada asyik nih,” kata Lina demikian membuka pintu dan masuk ke kamar.
Saya masih juga dalam posisi jongkok dan penisku tetap dalam vagina Mbak Santi, dan cuma menyeringai menyaksikan kehadiran Lina.
“Mana cowokmu barusan?” bertanya Mbak Santi.
“Tahu kamu pulang ke hotel membawa cowok, yah saya dibawa ke hotel lain” sahut Lina.
Saya masih bengong dengar pembicaraan dua cewek elok tersebut. Mendadak tangan Mbak Santi tarik tanganku yang tersampir di pahanya.
“Mari sayang goyangin penismu, jangan kalah sama Lina” paksa Mbak Santi.
Saya berdiri dan mengusung badan Mbak Santi ke tengah tempat tidur. Penisku yang telah tegang dari barusan, selekasnya saya menembakkan kembali ke lubang vagina Mbak Santi yang tidak perawan tetapi tetap berasa lekat. Kami sama rasakan kehangatan yang nikmat.
“Yang dalam.. cepat.. ah.., sedap..” pinta Mbak Santi. Saya pompakan penisku dengan penuh nafsu.
Sementara Lina pergi ke kamar mandi dan mengungkung diri disitu. Mungkin merendam di bathtub. Dampak inex membuat ketahanan persenggamaanku dengan Mbak Santi lumayan lama. Beragam style kami kerjakan. Mbak Santi seringkali mengeluh dan menggigit bahuku saat capai orgasme. Sementara penisku masih anteng dan melesak-lesak ke vagina Mbak Santi.
“Aduh.. lelah, sayang..!” rintih Mbak Santi.
“Istirahat dahulu.. yah..?”
“Sabar, donk, say. Saya benar-benar nikmati hangatnya vaginamu,” rayuku.
Itil V3
Mbak Santi lalu menggelepar pasrah, tidak sanggup kembali menggerakkan badannya yang sedang kugarap. Matanya terpejam. Saya makin terangsang menyaksikannya tidak memiliki daya. Kami telah bermandikan keringat. Tetapi penisku masih tegang, belum ingin memuntahkan sperma. Pada akhirnya saya kasihan sama juga Mbak Santi yang telah keletihan dan terlihat tertidur walau saya tetap mencabulinya.
Saya dengar bunyi keciprak-kecipruk di dalam kamar mandi. Spontan saya bangun dan melepaskan penisku dari vagina Mbak Santi. Dengan cara perlahan agar tidak menggugah Mbak Santi dari tidurnya, saya jalan dan perlahan-lahan buka pintu kamar mandi. Betul saja Lina sedang merendam di bathtup dengan badan bugil. Dia terlihat sedang nikmati kehangatan air yang memendamnya. Kepalanya bersender pada ujung bathtub. Saya mendatanginya dengan penis yang tegang.
Mata lina terbuka dan terkejut melihatku berdiri disebelah bathtup, menghadap ke arahnya.
“Mana Santi?” tanyanya 1/2 berbisik sekalian matanya naik turun menyaksikan ke muka dan penisku yang ngaceng.
“Ia tidur.. jangan bising,” kataku sekalian naik ke bathtup dan secara langsung menindih badan Lina yang sintal dan pasrah. Kami bergumul dalam cumbuan yang hot.
“Lin kamu di atas yah.. ” Saat ini posisiku berada di bawah, ia selekasnya naik keatas perutku dan dengan selekasnya di pegangnya penisku sekalian ditujukan kevaginanya, kusaksikan vaginanya sangat indah, dengan bulu-bulu pendek yang menbuat rasa gatal dan sedap waktu bersinggungan dengan vaginanya. “Aaawww.. sedap sekali vagina kamu Lin..”
“Sedap kan mana sama punyai Santi..?”
Ucapnya sekalian putar bokongnya yang bahenol. Rasanya penisku ingin patah saat diputar di dalam vaginanya secara berputar-putar lama-lama semakin cepat.
“Ah.. Lin.. sedap sekali ah..” Aku juga bangun sekalian mulutku cari pentil susunya, selekasnya kukemut dan kuhisap.
“Ton.. saya ingin keluar..”
“Rasanya mentok.. ah..”
Memang dengan posisi ini berasa sekali ujung batangku sentuh peranakannya.
“Ah.. ah.. eh..” suaranya setiap saya menyikat vaginanya.
Kugenjot vaginanya secara cepat. Ia seperti kesurupan tiap ia turun naik di atas batangku yang diapit kuat vaginanya,
“Lin ingin keluar..”
Kupeluk kuat ia sekalian melumat putingnya. Kupompa vaginanya sampai kami tidak sadar keluarkan desahaan dan rintihan birahi yang sampai menggugah Mbak Santi. Mbak Santi mendadak berdiri pada pintu kamar mandi dengan badan bugil dan matanya melihat saya dan Lina yang sedang bersetubuh.
“Begitu yah, tidak senang dengan saya kamu dengan Lina,” hardik Mbak Santi dengan suara manja, berpura-pura geram.
Eh, justru Mbak Santi sekarang turut naik ke bathtup.
“San, mari giliran, saya telah 2x dibuat keluar, sampai lemas rasanya. Cowokmu ini terlampau gagah,” kata Lina.
“Mari sayang, saat ini saya akan membuat penismu muntah,” kata Mbak Santi.
Selekasnya Mbak Santi hampiri saya dalam bath yang sarat dengan air, dilihat Lina yang duduk di ujung bathtup sekalian membersihkan vaginanya, dan pahanya jadi sandaran kepala Mbak Santi. Kusuruh ia nungging, karena itu kelihatanlah lubang vaginanya yang basah dan warna merah, kuarahkan kepala penisku ke lubang tempiknya secara perlahan. Kutekan penisku lebih dalam , ia menggoyahkan bokongnya sekalian meredam sakit. Kedengar suara kecroot, kecroot jika kutarik dan kumasukan penisku di lubang vaginanya, karena suara air kali ya.
Mbak Santi makin histeris, sekalian menggenggam tepian Bath Tub ia goyangkan pinggulnya makin cepat dan suara kecrat, kecroot makin keras. Selang beberapa saat.
“Aduh say saya tidak tahan sedang pengin keluar..”.
“Aduh sayang.. terus..”
Mbak Santi terkulai lemas dan vaginanya kurasakan makin licin, hingga pahaku basah oleh cairan vaginanya yang keluar banyak. Sebetulnya saya sudah tidak tahan ingin keluar, apalagi dengar desahan-desahan yang erotis di saat Mbak Santi akan orgasme.
“Aduh, sayang, saya kalah kembali nih, mau orgasme!”
Cairan hangat berasa tetap mengucur dari dalam vagina Mbak Santi. Saya tetap terus memacu vaginanya. Muka Mbak Santi kelihatan pucat karena telah sering orgasme. Menyaksikan muka elok yang menurun itu, pacuanku dipercepat.
“Sayang, saya ingin keluar nich..”
“Keluarkan dalam saja sayang, kita keluarin bersama, Santi ingin keluar.”
Dan Pada akhirnya spermaku mendesir ke tangkai jakar dan saya capai orgasme yang di ikuti juga dengan orgasme Mbak Santi. Air maniku keluar dengan derasnya ke vagina Mbak Santi dan Mbak Santi juga menikmatinya.
“Pada akhirnya saya sukses membuat kamu capai pucuk kepuasan sayang,” kata Mbak Santi sekalian merengkuh dan menciumi bibirku. Berasa nikmat, licin, geli bersatu menjadi satu jadi heboh yang membuatku suka. Kami bertahan di posisi itu sampai kami sama melepas air mani kami.
“Lin.. emut penisku sayang” kataku lantas mengambil penisku dari vaginanya Mbak Santi. Lantas Lina melumat 1/2 penisku sampai pejuhku habis keluar.
“Mhh.. ah.. sedap sekali pejuhmu” ucapnya sekalian mengocak ngocok penisku cari tersisa air pejuhku.
“Tetapi sesaat lagi nagaku akan bangun kembali lho. Saksikan, mulai menggelinjang!” kataku, memikat.
“Hhhaah..?” Mbak Santi dan Lina terperanjat bersama solid. Baca : Narasi Sex Dewasa Enaknya Dientot Sama Kontol Besar
Selanjutnya saya selekasnya keluar bathtup dekati Lina dan memerintahnya membelakangiku. Dari belakang saya arahkan penisku ke vaginanya yang telah basah kembali karena gairah menyaksikan saya dan Mbak Santi.
Sleepp.. bless..
Aku segera masukkan penisku tergesa-gesa, karena sempit waktu membuat kesakitan Lina.
“Aduuh perlahan-lahan donk Say.., Lina sakit nih” ucapnya cukup mendesah.
“Sorry Sayang saya terlampau gairah nih” kataku lantas tanganku menyikat susunya yang menggelantung cantik. Lantas saya mulai memaju-mundurkan bokongku sekalian tanganku berpegangan pada susunya dan meremasnya.
“Shh.. ahh.. shh..” kata Lina 1/2 mendesah kepuasan.
“Lin.. vaginamu sempit.. nikmat Lin..” teriakku menemani kepuasanku pada kemaluan kami. Sleep.. bles.. cplok.. cplok.. irama persetubuhan kami benar-benar cantik sampai saya suka.
Kami lakukan posisi nungging itu lama sekali sampai kami sama sampai nyaris bersama.
“Shh.. ahh.. say, Lina sampai nih” ucapnya sekalian kepalanya mendangak kebelakang.
“Iya Lina sayang, saya sampai nih, di dalam yah say..” kataku lantas menusukkan penisku dalam dalam divagina Lina.
Seerr.. croot..croot kami keluar nyaris bersama lantas saya mengambil penisku dari vagina Lina.
penisku kelihatan basah dari air mani kami dan air kepuasan Lina.
“Ugh.. say sedap sekali..” ucapnya.
Lantas kami duduk istirahat ditepian segi kamar mandi sekalian menanti tersisa kepuasan tadi kami lewati.
Comments are closed.