Cerita Sedarah Bersambung Netek Dengan Ibu Kandung Bagian 1
ceritabokepindonesia – Cerita Sedarah Bersambung Netek Dengan Ibu Kandung Bagian 1 Aku terbaring lemas diranjang tidur ini. Pikiranku melayang-layang. Disampingku terdengar suara dengkur ibuku yang sedang tertidur. Tertidur pulas dengan daster putih tipis yang terbuka bagian atasnya. Menampakan buah dadanya yang berlapis air liur. Buah dada yang baru saja habis aku cumbui.
Namaku Basun. Umurku 23 tahun. Tubuhku gemuk dan agak pendek. Aku tinggal disebuah desa kecil yang jauh dari perkotaan. Sehari-hari aku bekerja diladang keluargaku atau kerja serabutan lainnya.
Aku tinggal hanya bersama ibuku disebuah rumah kecil didekat ladang kami. Bapakku pergi merantau ke luar pulau dan sampai kini tak jelas kabarnya. Sedang kakak lelakiku tinggal dikota bersama istrinya dan adik perempuanku yang menumpang disana agar bisa melanjutkan kuliah.
Ibuku sudah berumur 42 tahun. Tubuhnya agak kurus dan berkulit kuning langsat. Perutnya agak sedikit membuncit dengan payudara yang sudah agak kendor. Ibuku biasanya juga berkerja diladang atau kadang menjual hasil ladang kami kepasar.
Sejak dulu hubungin aku dan ibuku mungkin agak berbeda dengan yang anak ibu yang lainnya. Jika anak lainnya sudah berhenti menyusu dengan ibunya saat berumur 1 atau 2 tahun, aku hingga saat ini masih saja menyusu dari ibuku.
Saat aku masih kecil dan ada ayah dulu, sebenarnya beliau sudah melarangnya, tapi aku jadi sering menangis hingga demam. Akhirnya ibu meneruskan untuk menyusuiku. Kakak dan adikku juga sering meledekiku “bayi raksasa” karena masih saja menyusu dari ibu.
Tapi kini hanya kami berdua dirumah. AKu tidak perlu khawatir lagi dengan ledekan mereka. Ibuku juga tidak keberatan menyusuiku.
Dalam sehari, aku bisa beberapa kali menyusu pada ibuku. Aku yang sekarang tidur seranjang dengan ibuku karena kasur lamaku sudah rusak biasanya minta menyusu pada ibu saat bangun tidur. Cerita Sedarah Bersambung
Aku suka bau ibu saat baru bangun, agak masam tapi entah kenapa aku jadi sangat menyukainya. Setelah puas biasanya kami lanjut untuk siap-siap ke ladang.
Jika ibu ikut pergi ke ladang, aku juga suka minta menyusu saat makan siang. Ladang kami agak jauh dari pemukiman sehingga tidak perlu khawatir ada yang melihat.
Kadang aku sudah merasa kenyang hanya dengan menyedot susu dari payudara ibuku tanpa makan nasi atau yang lainnya. Tubuh ibu yang berkeringat membuat nafsuku menyusu sangat besar, bisa sampai 30 menit aku menyusu.
Saat malam sebelum tidur, aku kembali menyusu. Ibuku selalu menurunkan dasternya sedada dan membiarkan aku menghisap payudaranya sampai aku tertidur pulas. Seringkali aku tertidur dengan pentil ibu yang masih ada dimulutku. Jika malam-malam terbangun, aku juga akan selalu menyusu pada ibuku untuk menghilangkan haus.
Entah kenapa, payudara ibu selalu mengeluarkan susu. Mungkin karena setiap hari tak pernah berhenti aku hisap. Ibu pernah beberapa kali minta aku untuk berhenti. Malu katanya masak aku sudah besar segini masih disusui.
Ibu juga bilang payudaranya jadi kendor karena jarang pakai BH. Aku memang tidak suka ibu memakai BH, karena jadi susah jika ingin netek.. Tapi ibu selalu tak sampai hati jika melihat aku ngambek, jadi beliau akhirnya selalu membolehkannya.
Akupun rasanya tidak pernah puas menyusu dari ibuku. Tetek ibuku tidak besar, mungkin hanya 32B dan sudah kendor pula. Putingnya agak panjang (mungkin karena selalu aku sedot) dan warnanya coklat kehitaman.
Rasa air susu ibuku agak tawar-tawar manis. Pernah beberapa kali terasa agak sepat. Tapi aku selalu menyukainya. Mungkin karena masih menyusu pada ibu, walau kami tergolong keluarga miskin, tubuhku bisa gemuk dan perutku buncit. Sayangnya tidak bertambah tinggi, hehehe. Cerita Sedarah Bersambung
“Ah..”, jerit ibuku.
“Kenapa mak?”
“Pelan-pelan dong sun neteknya, jangan digigit pentil emak. Sakit.”
“Hehehe.. Iya mak. Abis Basun lagi haus banget”
“Tadi sore kan udah netek, masa masih haus sun.”
Aku sedang diranjang dan menetek pada ibuku. Sudah jam 10 malam. Dan karena rumah kami memang tidak ada listrik, hanya ada penerangan dari lampu petromaks dikamar ini.
Ibuku mengenakan daster batik tanpa lengan dan bagian atasnya sudah kupelorotkan kebawah. Ibuku tidur menyamping menghadap kearahku, membiarkan buah dadanya yang kanan kiri bergantin aku hisapi.
Aku tidur hanya pakai celana kolor saja, karena memang kamar ini agak sumpek dan pengap.Sambil menghisap tetek ibu yang sebelah kiri, aku iseng meremas-remas tetek ibu yang sebelah kanan sambil memainkan putingnya dengan jariku.
“Sun, tetek emak jangan digituin ah. Emak ngilu.”
“Hmmm..Hmm” Aku tidak menjawab karena mulutku masih sibuk melumat pentil susu ibu. Tapi aku tak menghentikan remasan tanganku.
Terdengar dengkur suara ibu, sepertinya dia sudah tertidur. Akupun juga sudah kenyang menyusu. Kujauhkan mulutku dari buah dada ibu. Putingnya terlihat basah berlumuran air liurku.
Mataku sebenarnya sudah mengantuk,tapi aku tidak bisa tidur. Akhir-akhir ini entah rasanya batang zakarku selalu mengeras jika sedang netek pada ibu. Sebenarnya dari aku kecil dulu, ini pernah terjadi. Tapi saat ini rasanya sudah berbeda. Akhirnya aku pergi kekamar mandi dibelakang, aku mau onani saja biar nafsuku ini hilang. Cerita Sedarah Bersambung
Saat mencari sabun dikamar mandi untuk pelicin saat onani nanti, aku tanpa sengaja menemukan celana dalam ibu ditumpukan baju yang belum dicuci. Saat kupegang, ada bagian yang agak lembab, lalu iseng saja aku cium baunya. Dan ternyata, ah…
Baunya sangat aneh, agak masam dan apek, tapi aku malah jadi sangat bernafsu ingin onani. Karena sabunnya tidak ketemu, akhirnya aku beronani dengan membasahiku penisku dengan air liurku.
Aku duduk dilantai kamar mandi, mengocok penisku dengan tangan kananku sambil menghirup aroma celana dalam ibuku yang kepegangi kewajahku.
Rasanya begitu nikmat, apa mungkin ini yang namanya bau wanita. Rasanya ingin cepat-cepat kukeluarkan maniku. Kepercepat kocokan dipenisku. Mataku terpejam menahan kenikmatan.
“Sun…Sun..”
Hah? Kudengar suara ibu memanggilku. Kubuka mataku dan benar saja ibu sedang berdiri didepanku.
Sialnya aku sudah hampir orgasme dan tak tertahankan. Penisku berkedut-kedut dan memuncratkan air mani yang begitu putih dan kental dihadapan ibu. Aku hanya bisa menatap kosong melihat cairan pejuku jatuh didekat kaki ibu, ada juga yang mengenai kakinya.
Rasanya begitu malu dan menyesel. Terlihat sedang telanjang bulat sambil onani dihadapan ibu sendiri. Sial benar, memang kamar mandi kami tidak ada tutupnya, hanya ada triplek yang menutupi pintu masuk.
“Udahan kan? Balik kekamar sana. Emak mau pipis.”
Lalu aku berdiri dan mengambil celana kolorku tapi tak langsung kupakai lalu menuju keluar kamar mandi. Cerita Sedarah Bersambung
“Sun.. dibilas dulu itu peju kamu. Nanti lengket dicelana.”
Duh aku sangat malu. Akhirnya aku berbalik kembali ke kamar mandi dan mengambil segayung air lalu membilas penisku. Setelah itu aku kembali kekamar…
Sudah semingguan ini tiap malam batang zakarku selalu diurut minyak bulus oleh ibuku. Kami selalu melakukannya diatas kasur saat malam hari menjelang tidur. Sambil aku menyusu pada ibuku, tangan ibuku dengan telaten menguruti penisku sampai aku orgasme.
Dalam semalam, aku bisa sampai 1-2 kali keluar saat diurut ibuku. Kadang air maniku keluar ditangan ibu atau terkadang sengaja aku tempelkan penisku pada paha ibuku agar keluar disana. Karena itu rasanya ranjang tidur kami berbau seperti bayclin karena air maniku yang sering berceceran dikasur.
Oya sepertinya minyak bulus ini cukup berkhasiat, rasanya beberapa hari ini penisku sudah sedikit bertambah panjang, sekitar 2 cm. Dan terasa bertambah keras saat ereksi. Dan juga bulu-bulu kemaluanku menjadi semakin lebat hingga mulai naik kearah perut.
Mungkin selain khasiat dari minyak bulus, ini juga hasil dari pijatan tangan ibuku yang penuh kasih sayang.
Malam ini seperti biasa aku dan ibuku sudah berbaring diranjang. Ibu belum mengganti seprai kasur ini beberapa hari, sehingga bau sprema ku sangat tercium jelas. Hal ini membuat nafsuku langsung naik dan ingin segera minta diuruti lagi oleh ibuku.
Aku sudah telanjang dan emak hanya memakai daster pendek yang bagian dadanya sudah aku turunkan agar bisa menyusu.
“Mak, urutin burung basunnya sambil basun netek ya.” Ucapku sambil memberikan minyak bulus ke ibuku.
“Ya udah sini emak urutin.”
Aku langsung melahap payudara ibuku dan dia mulai mengusap-usap penisku dengan minyak bulus. Mungkin karena hari ini aku terlalu lelah bekerja diladang, baru sebentar saja, hampir aku ejakulasi. Langsung ku jauhkan pinggulku dari ibuku hingga tangannya lepas dari penisku.
“Kenapa sun?” Ibuku sepertinya agak kaget.
“Enggak ma. Gak tahu nih, baru bentar udah mau keluar tadi.” Jawabku malu.
“Kamu kecapean kali sun. Ya udah netek dulu aja sini. Ntar klo udah segeran, emak urutin lagi.” Cerita Sedarah Bersambung
Aku langsung mendekati lagi ibuku dan mulai menyusu. Lama-kelamaan ternyata penisku keras lagi. Dengan perlahan kumajukan pinggulku hingga ujung penisku mengenai paha ibuku yang dilapisi daster.
Dengan perlahan kugesek-gesek penisku pada paha ibuku, kucoba menggeser bagian daster yang menutupi pahanya, hingga kini kepala penisku bisa langsung bergesekan dengan paha ibuku.
“Udah mau diurut lagi sun?” tanya ibuku.
“Gini aja dulu mak.” Jawabku sambi masih asik menggesek-gesek penisku.
Ibuku hanya diam saja .
“Mak, dasternya lepas aja ya. Takut entar kena peju basun. Kesian emak nyuci mulu.”
“Ih enggak ah sun. Masak emak telanjang didepan kamu.”
Aku langsung menghentikan gesekan penisku. Dan mengambil posisi duduk.
“Kenapa? Emak malu? Basun tiap malem telanjang gak apa-apa. Emak sendiri yang bilang gak usah malu.” Ucapku agak marah.
“Tapi sun…”
Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, aku langsung membuang muka dari ibuku.
“Ya udah kalo basun mau emak buka daster.” Ucap ibuku tiba-tiba
Kulirik sedikit ibuku. Perlahan dia melepaskan dasternya melalui bagian atas lehernya. Sekarang ibuku hanya mengenakan celana dalam saja. Kupandangi seluruh tubuhnya.
Walaupun sebenernya aku sudah sering melihat ibuku telanjang saat aku mengintipnya mandi, tapi ini rasanya berbeda. Ibuku hanya mengenakan celana dalam tepat didepan mataku.
Kulihat perut ibuku, sudah agak buncit dan bergelambir. Lalu kuturunkan pandanganku. Ibuku memakai celana dalam berwarna krem. Mungkin karena sudah terlalu lama dipakai dan sering dicuci, celana dalam itu jadi terlihat tipis.
Aku bisa melihat samar-sama bulu kemaluan emak yang menutupi vaginanya. Ya, bulu kemaluan ibuku ternyata sangat lebat dan hitam. Mungkin ibuku tidak pernah mencukurnya. Bahkan dari bagian samping samping pangkal pahanya, ada bulu-bulu yang menyempil keluar dari celana dalamnya.
Kubaringkan tubuhku perlahan lalu ku jamahi lagi payudara ibuku sambil mulai menggesek-gesekan kembail penisku dipahanya. Tangan kananku kupelukan ke perut ibuku. Sambil menghisap payudara ibuku kuat-kuat, kunaik turunkan badanku.
Paha ibuku sudah mulai agak licin karena pre-cum yang keluar dari penisku. Kugesek-gesekan penisku dengan kuat. Kulihat ibuku hanya memejamkan kedua matanya. Aku rasa dia juga menikmatinya. Cerita Sedarah Bersambung
Saat rasa-rasanya air maniku sudah mau keluar, kuhentikan gesekanku. Aku tidak mau orgasme dulu. Aku mau sesuatu yang lebih malam ini.
“Mak.. Basun boleh cium memek emak gak?” Ucapku sambil mengelus payudara ibuku.
Ibuku membuka matanya.
“Ih kok kamu aneh-aneh aja sun. Gak boleh ah. Jijik”
“Tapi basun pengen cium baunya mak. Basun kangen baunya.”
“Kan tadi sore emak udah kasih kancut emak ke kamu. Ciumin itu aja gih.”
“Ah bosen mak. Bosen mau langsung cium dari sumbernya”
Ibuku terdiam sambil menatap dalam kepadaku.
“Gini aja ya sun…”.
Emak kemudian kulihat memasukan tangannya kedalam celana dalamnya melalui atas. Beberapa saat dia mengesek-gesekan tangannya disana. Lalu dia keluarkan tangannya dan mengarahkannya ke wajahku.
“Cium ini aja ya sun. Emak abis masukin ke memek emak. Baunya nempel disini.”
Ibuku menonjolkan jari tengah dan telunjuknya sehingga seperti membentuk posisi tangan “peace”. Kulihat kedua jarinya itu basah. Seperti ada lendir yang melapisinya. Kudekatkan hidungku. Ahhh… baunya sangat nikmat. Cerita Sedarah Bersambung
Comments are closed.