Narasi Sex Ngentot Suamiku Taruhan Saya Jadi Judi Perkosaan
Cersex Bergambar – Narasi Sex Ngentot 2018 Saya Jadi Taruhan Judi Suamiku – Awalnya ada pula cerita cabul yang membuat birahi seksual anda segera naik berjudul Narasi Seks Ngentot 2018 Bandung Lautan Birahi Part II. Rita (34) hampir patah semangat saat jalani hidup ini. Suaminya, Aryo, malah menjadikan sebagai seorang pelacur. Saya tidak pernah menduga bila Mas Aryo sampai hati jual badanku. Saat pertama kalinya saya mengenalinya, ia ialah lelaki yang bagus dan selalu jagaku dari beragam bujukan lelaki lain.
Narasi Seks Indonesia Terkomplet Kami menikah 5 tahun lalu dan dikaruniai seorang anak lelaki berumur 3 tahun dan kami berikan nama Rizal. Perkawinan kami mulus-mulus saja sampai Rizal ada antara kami. Sudah pasti waktuku banyak tersita untuk mendidik Rizal.
Kelompok Album Narasi Sex Ngentot 2018 Saya Jadi Taruhan Judi Suamiku
narasi seks 2018, narasi sex terkini 2018, narasi seks riil 2018, kelompok narasi dewasa terkomplet 2018, narasi ngentot terupdate tiap hari.
Narasi Seks Asli Mas Aryo bekerja di perusahaan swasta yang beroperasi di sektor produksi kayu, dan saya cuma ada di rumah. Tapi saya sebelumnya tidak pernah mengeluhkan. Saya masih tetap sabar jalankan pekerjaanku sebagai ibu rumah-tangga sebagus-baiknya. Sebetulnya tiap hari bisa jadi Mas Aryo pulang sore hari. Tapi akhir-akhir ini ia selalu pulang telat. Bahkan tengah malam.
Sebelumnya pernah saat kutanyakan, kemana sajakah jika pulang telat. Ia cuma menjawab “Saya cari pendapatan tambahan Rit”, jawabannya singkat.
Narasi seks, narasi seks 2018, narasi seks terkini 2018, narasi seks igo, narasi seks serong, narasi seks sedarah, narasi seks setubuhian, narasi seks perawan, narasi seks 2018 terupdate, narasi dewasa igo, narasi ngentot terkomplet.
Mas Aryo semakin kerap pulang tengah malam, bahkan juga sebelumnya pernah 1x ia pulang dengan mulut bau alkohol, jalannya cukup sempoyong, ternyata ia mabok. Saya mulai bertanya, semenjak kapan suamiku mulai suka minum-minum arak. Sejauh ini saya sebelumnya tidak pernah menyaksikannya semacam ini. Terkadang dia memberi uang berbelanja lebih padaku. Atau pulang dengan bawa oleh-olehan untukku dan Rizal anak kami.
Setiap saya menyentuh kegiatannya, Mas Aryo berusaha menghindar dari. “Kita lakukan saja peranan masing-masing. Saya mencari uang dan kamu yang mengurusi rumah. Saya sebelumnya tidak pernah bertanya tugasmu, menjadi lebih bagus kamu pun demikian”, ucapnya.
Saya baru dapat menerka-nerka apa kegiatannya saat sesuatu malam, ia mintaku untuk jual gelang yang kupakai. Dia menyerah kalah bermain judi dengan seorang dan perlu uang untuk tutupi hutang atas kalahnya, menjadi itu yang dilakukan sejauh ini. Sebagai seorang istri yang berusaha berbakti ke suami, saya memberi gelang tersebut. Toh ia yang membelikan gelang tersebut. Saya memang diberikan untuk temani suami dalam sukai atau duka.
Sesuatu sore saat Mas Aryo belum pulang, seorang temannya yang akui namanya Bondan bertandang ke rumah. Kehadiran Bondan berikut yang memacu peralihan di rumah tanggaku. Bondan tiba untuk meminta hutang-hutang suamiku padanya. Banyaknya sekitaran sepuluh juta rupiah. Mas Aryo janji untuk membayar hutangnya tersebut. Saya berbicara terang-terangan jika saya tidak tahu-menahu berkenaan hutang itu, selanjutnya saya memerintahnya untuk kembali esok saja.
Tapi dengan pandangan nakal ia tersenyum, “Lebih bagus saya menanti saja Mbak, hitung-hitung temani Mbak.”
Saya cukup risi dengar ucapannya itu, terlebih saat menyaksikan pandangan liar matanya yang seolah-olah ingin menelanjangi diriku.
“Aryo sebelumnya tidak pernah narasi ke saya, jika dia mempunyai istri yang demikian cantiknya. Menurut saya, sangat sayang bunga yang cantik cuma dipampang di dalam rumah saja” sebut Bondan.
Saya semakin tidak sedap hati dengar perkataan rayuan-rayuan gombalnya itu, Tapi saya coba mengendalikan diri, karena Mas Aryo berutang uang padanya. Dalam hati saya berdoa supaya Mas Aryo cepat pulang ke rumah, hingga saya tidak butuh lama-lama mengenalinya.
Untung saja selang beberapa saat Mas Aryo pulang. Jika tidak jelas saya telah muntah dengar ucapannya tersebut. Demikian menyaksikan Bondan, Mas Aryo terlihat lemas. ia mengetahui tentu Bondan akan meminta utang-hutangnya tersebut. Saya tinggalkan mereka di ruangan tamu, Mas Aryo kusaksikan memberikan amplop coklat. Mungkin Mas Aryo bisa membayar utangnya. Saya tidak bisa dengar perbincangannya, tetapi kusaksikan Mas Aryo merunduk dan kadang-kadang kelihatan berusaha menyabarkan temannya tersebut.
Sesudah Bondan pulang, Mas Aryo mintaku mempersiapkan makan malam. Ia nikmati hidangan makan malam tanpa banyak berbicara, Saya bertanya apa yang dibahasnya Bondan. Saya mengetahui Mas Aryo sedang jemu, menjadi lebih bagus saya mengendalikan diri. Sesudah usai makan, Mas Aryo langsung mandi dan masuk ke dalam ruang tidur, saya susul masuk kamar satu jam setelah sukses menidurkan Rizal di kamarnya.
Saat saya masuk ruang tidur dan temaninya di tempat tidur, Mas Aryo selanjutnya merengkuhku dan menciumku. Saya tahu ia akan minta ‘jatahnya’ malam hari ini. Malam hari ini ia lain sekali sentuhannya halus. Perlahan-lahan Mas Aryo mulai melepas daster putih yang kukenakan, sesudah mencumbuiku sesaat, Mas Aryo mulai buka bra tipis yang kukenakan dan melepas celana dalamku.
Kemudian Mas Aryo dikit demi sedikit mulai nikmati jengkal untuk jengkal semua sisi badanku, tidak ada yang terlintasi. Selanjutnya saya menolong Mas Aryo untuk melapaskan semua baju yang dikenainya, hingga kemudian saya dapat menyaksikan penis Mas Aryo yang mulai cukup menegang, tapi belum prima tegangnya.
Dengan penuh kasih-sayang kuraih tangkai kepuasan Mas Aryo, kumain-mainkan sesaat dengan ke-2 iris tanganku, selanjutnya saya mulai mengulum tangkai penis suamiku secara halusnya. Berasa dalam mulutku, tangkai penis Mas Aryo khususnya kepala penisnya, mulai berasa hangat dan mengeras. Saya mengisap tangkai Mas Aryo dengan semampuku, kusaksikan Mas Aryo demikian bernafsu, kadang-kadang matanya terpejam meredam nikmat yang kuberikan padanya.
Mas Aryo selanjutnya membalasnya, dengan meremas-remas ke-2 payudaraku yang melawan, 36B. Saya mulai rasakan renyut-denyut kepuasan mulai bergerak dari puting payudaraku dan memulai menyebar kesemua sisi badanku yang lain, khususnya ke vaginaku. Saya rasakan lubang vaginaku mulai berasa basah dan cukup gatal, hingga saya mulai rapatkan ke-2 iris pahaku dan menggesek-gesekan ke-2 iris pahaku dengan rapatnya, supaya saya bisa kurangi rasa gatal yang kurasakan di belahan lubang vaginaku.
Mas Aryo ternyata responsif menyaksikan peralihanku, selanjutnya dengan lidahnya Mas Aryo mulai turun dan memulai mengulum daging kecil clitorisku dengan gairahnya, Saya benar-benar kerepotan terima gempurannya ini, tubuhku berasa tergetar meredam nikmat, peluh ditubuhku mulai mengalir dengan deras disertai erangan-erangan kecil dan napas ketahan saat kurasakan saya nyaris tidak sanggup meredam kepuasan yang kurasakan.
Pada akhirnya semua rasa nikmat makin mencapai puncak, saat penis Mas Aryo, mulai tenggelam dikit demi sedikit ke vaginaku, rasa gatal yang kurasakan semenjak barusan beralih menjadi nikmat saat penis Mas Aryo yang sudah ereksi prima mulai bergerak mundur-maju, seolah-olah menggaruk-garuk gatal yang kurasakan.
Suamiku memang jago di dalam permainan ini. Tidak lebih dari lima belas menit saya berteriak kecil saat saya tidak sanggup meredam kepuasan yang kurasakan, badanku meregang demikian detik dan pada akhirnya roboh di tempat tidur saat pucuk-puncak kenikamatan kuraih di saat itu, mataku terpejam sekalian menggigit kecil bibirku saat kurasakan vaginaku keluarkan renyut-denyut kepuasannya.
Dan selang beberapa saat Mas Aryo capai pucuknya , ia pesatnya menarik penisnya dan beberapa menit selanjutnya, air maninya tersemburkan dengan derasnya ke badan dan mukaku, saya menolongnya dengan mengocak penisnya sampai air maninya habis, dan saya mengulum lagi penisnya demikian lama, hingga kemudian pelan-pelan mulai mengurang tegangannya dan memulai lesu.
“Saya betul-betul senang Rit, kamu memang luar biasa”, pujinya. Saya tetap bergelayut manja di pelukan badannya.
“Rit, kamu memang istriku yang bagus, kamu harus dapat memahami kesusahanku sekarang ini, dan saya ingin kamu menolong saya untuk menanganinya”, ucapnya.
“Tidakkah sejauh ini saya demikian Mas”, sahutku. Mas Aryo menggangguk-angguk dengarkan ucapakanku.
Selanjutnya dia meneruskan, “Kamu ketahui tujuan kehadiran Bondan barusan sore. Ia meminta hutang, dan saya cuma mampu bayar 1/2 dari keseluruhnya hutangku. Setelah lama berbicang-bincang dia tawarkan sebuah jalan keluar kepadaku untuk membayar utang-hutangku dengan persyaratan”, sebut Mas Aryo.
“Apa ketentuannya, Mas?” tanyaku ingin tahu.
“Ternyata ia menyenangimu, ia meminta ijinku supaya kamu dapat temani ia tadi malam saja”, sebut Mas Aryo dengan perlahan dan ketahan.
Saya seperti disikat petir waktu itu, saya tahu makna ‘menemani’ sepanjang tadi malam. Itu bermakna saya harus melayaninya tadi malam di tempat tidur sama seperti yang kulakukan pada Mas Aryo. Mas Aryo memahami keterkejutanku.
“Saya tidak tahu kembali dengan apalagi saya harus bayar utang-hutangku, ia telah memberikan ancaman akan meminta melalui tukang-tukang pukulnya bila saya tidak dapat melunasinya sampai akhir minggu ini”, ucapnya lirih.
Saya cuma termenung tidak sanggup memberi komentar perkataannya tersebut. Saya masih shock pikirkan saya harus ikhlas memberi semua badanku ke lelaki yang masih belum kukenal sejauh ini. Sikap diamku ini disimpulkan lain oleh Mas Aryo.
“Esok kamu turut saya menjumpai Bondan”, katanya kembali, sekalian mencium keningku lantas pergi tidur. Saat itu juga itu saya membenci suamiku. Saya malas meng ikuti kemauan suamiku ini, tetapi saya harus juga pikirkan keselatan keluarga, khususnya keselamatan suamiku. Mungkin sesudah ini dia akan jera taruhan kembali pikirku.
Sore hari sepulangnya kerja, Mas Aryo menyuruhku berhias diri dan kemudian kami pergi ke arah lokasi yang dijanjikannya awalnya, ternyata Mas Aryo mengantarku ke sebuah hotel berkelas. Saat itu waktu telah memperlihatkan sekitaran jam 20.00 malam. Sepanjang hidup baru pertama ini kali, saya pergi untuk bermalam di hotel.
Saat pintu kamar di ketok oleh Mas Aryo, sesaat selanjutnya pintu kamar terbuka, dan kusaksikan Bondan menyongsong kami secara hangatnya, Suamiku tidak lama-lama, selanjutnya dia memberikan diriku ke Bondan, dan mohon pamit.
Itil V3
Secara halus Bondan tarik tanganku masuk ruang kamarnya. Saya menunduk malu dan mukaku berasa memeras saat saya rasakan tanganku disentuh oleh seorang yang bukan suamiku. Rupanya Bondan tidak sejelek yang kubayangkan, memang matanya berkesan liar dan seolah ingin menyantap semua badanku, tapi sikapnya dan tindakannya kepadaku masih tetap tenang, hingga sesedikit-sedikit rasa gugup yang serangku mulai menghilang.
Bondan bertanya secara halus, saya ingin minum apa. Kusahut saya ingin minum coca-cola, tapi jawabannya minuman itu tidak ada saat ini di kamarnya, selanjutnya ia keluarkan sebotol sampagne dari kulkas dan menumpahkannya sedikit sekitaran 1/2 sloki, selanjutnya disuguhinya kepadaku, “Ini dapat hilangkan sedikit rasa grogi yang kamu rasa saat ini, dan juga bisa membuat badanmu sedikit hangat. Kusaksikan dari barusan keliatannya kamu cukup kedinginan”, katanya kembali sekalian memberikan minuman itu.
Kuraih minuman itu, dan memulai kuminum secara sesedikit-sedikit sampai habis, memang betul sesaat selanjutnya saya rasakan badan dan pikiranku cukup tenang, rasa gorgi mulai lenyap, dan saya rasakan ada saluran hangat yang mengairi semua syaraf-syaraf badanku.
Bondan selanjutnya menyetel beberapa lagu halus di kamarnya, dan ajakku bercakap-cakap beberapa hal yang enteng. Sekitaran 10 menit kami bicara, saya mulai rasakan cukup pening di kepalaku, badankupun sempoyong. Selanjutnya Bondan merebahkan badanku ke tempat tidur. Beberapa saat saya tiduran di atas tempat tidur membuatku mulai bisa hilangkan rasa pening di kepalaku.
Tapi saya mulai rasakan ada hati yang lain mengucur pada diriku, ada hati renyut-denyut kecil di semua badanku, makin lama renyut-denyut itu mulai berasa kuat, khususnya di beberapa bagian sensitifku. Saya rasakan badanku mulai terangsang, walaupun Bondan belum menyentuh badanku.
Saat saya mulai tidak dapat kembali meredam rangsangan di badanku, napasku mulai mengincar tersengal-sengal, payudaraku seolah-olah mengeras dan betul-betul sensitif, vaginaku mulai berasa basah dan gatal yang menusuk, pelan-pelan saya mulai menggesek-gesekkan ke-2 iris pahaku untuk kurangi rasa gatal dan menggairahkan dalam vaginaku. Badanku mulai menggelinjang-geliat tidak kuat rasakan rangsangan semua badanku.
Bondan ternyata nikmati tontonan ini, ia melihati kecantikan mukaku yang sekarang sedang tersengal-sengal bertanding menantang rangsangan, gairahnya mulai menghangat, tangannya mulai meraba-raba badanku tidak dapat kuhalangi kembali. Remasan-remasan tangannya di payudaraku membuatku tidak kuat kembali, sampai tidak sadar saya merosotkan sendiri baju yang kukenakan. Saat baju yang kukenakan lepas, Mata Bondan tidak lepas melihati belahan payudaraku yang putih montok dan yang menyembul dan seolah ingin loncat keluar bra yang kukenakan.
Tidak kuat menyaksikan panorama cantik ini, Bondan selanjutnya menggumuliku dengan panasnya sambil tangannya ke arah belakang punggungku, tidak lebih dari 3 detik, kancing bra-ku sudah lepas, sekarang payudaraku yang kuat dan padat sudah menghampar secara cantiknya, Bondan tidak ingin lama-lama melihatiku, dengan buasnya dia mencumbuiku, menggumuliku, dan tangannya makin cepat meremas-remas payudaraku, cairan vaginaku mulai membasahi celana putihku.
Menyaksikan ini, tangan bondan yang sampingnya kembali mulai bermain di celanaku pas di cairan yang membasahi celanaku, saya rasakan nikmat yang betul-betul hebat. Napasku betul-betul mengincar, mataku terpejam nikmat saat tangan Bondan mulai masuk celana dalamku dan mainkan daging kecil yang terselinap di ke-2 belahan rapatnya vaginaku.
Bondan mainkan vaginaku dengan pakarnya, membuatku mau tak mau rapatkan ke-2 iris pahaku untuk cukup menetralkan gempuran-serangannya, jari-jarinya yang nakal mulai menerobos masuk ke dalam lubang badanku dan memulai memutar-mutar jarinya dalam vaginaku. Tidak senang karena celana dalamku cukup mengusik, secara pesatnya sekali pergerakan ia melepas celana dalamku. Saya sekarang betul-betul bugil tanpa sisa baju di badanku.
Bondan terheran sesaat melihati daya tarik badanku, yang tetap bergeliat-geliat menantang rangsangan yang mungkin disebabkan obat perangsang yang disuguhi dalam minumanku. Dengan pesatnya saat lagi saya tetap menggairahkan sendiri payudaraku, Bondan melepas secara cepat semua baju yang dikenai hingga kemudian bugil juga. Saya makin bergairah menyaksikan tangkai penis Bondan sudah berdiri yang tegak dengan kerasnya, Besar dan panjang.
Secara cepat Bondan menggumuliku lagi secara betul-betul sama dalam pucuk terangsang, saya rasakan payudaraku terserang remasan-remasan panas, dan.., ahh.., aku juga rasakan tangkai penis Bondan secara pesatnya menyodok tembus lubang vaginaku dan sentuh beberapa titik kepuasan yang terdapat dalam lubang vaginaku, saya menjerit-jerit ketahan dan membalasnya gempuran penisnya dengan menjepitkan ke-2 iris kakiku ke punggungnya hingga penisnya bisa menerobos dengan optimal ke vaginaku. Baca : Narasi Sex Cabul 2018 Bandung Lautan Birahi Part I
Kami bercumbu dengan panasnya, bergumul, setiap penis Bondan mulai bergerak masuk menerobos masuk atau saat menarik ke luar, saya menjepitkan otot-otot vaginaku seperti akan meredam pipis, waktu itu saya rasakan nikmat yang kurasakan berlipat ganda kali enaknya, demikian dengan Bondan, ia mulai kewalahan meredam kepuasan tidak dapat dihindarinya. Sampai pada satu titik saya telah kelihatan akan orgasme, Bondan tidak sia-siakan peluang itu, dengan hentakan2 penisnya yang dipercerpat.. pada akhirnya kemampuan pertahananku jebol.. saya orgasme berkali-kali dalam kurun waktu 10 detik..
Bondan ternyata tidak sanggup meredam kembali gempurannya ia cuma diam sesaat untuk rasakan kepuasan dipucuk-puncak orgasmenya dan beberapa menit selanjutnya mengambil tangkai penisnya dan tersemburkanlan muncratan-muncratan spermanya dengan adanya banyak banjiri muka dan beberapa berlelehan di belahan payudaraku. Kamipun pada akhirnya tidur kecapekan sesudah bergumul dalam panasnya birahi.
Esok paginya, Bondan mengantarku pulang ke rumah. Kusaksikan suamiku menerimaku dengan muka tertuduk dan bicara sesaat sementara saya masuk ke dalam kamar anakku untuk menyaksikannya sesudah sepanjang hari tidak kuurus.
Sesudah peristiwa itu, saya dan suamiku sebelumnya sempat tidak bicara satu sama-lain, hingga kemudian saya luluh saat suamiku meminta maaf atas sikapnya yang mengakibatkan permasalahan ini sampai terjadi, tapi hal tersebut tidak berjalan lama, suamiku kembali terjerat di dalam permainan judi. Hingga secara tidak segera akulah sebagai taruhan di atas meja judi. Bila menang suamiku akan memberi oleh-olehan yang banyak ke kami. Tapi bila kalah saya harus ikhlas layani beberapa teman suamiku yang menang judi. Hingga kini peristiwa ini masih tetap tetap berulang-ulang. Oh sampai kapankah kesengsaraan ini akan usai.
Comments are closed.