Publisher Theme
Art is not a luxury, but a necessity.

Cerita Sex Menikmati Tubuh Gadis Yang Masih Perawan

Saya datang di dalam rumah Om Bagas pada jam 22.00. karena kecapekan saya segera tidur nyenyak. Esok paginya, saya segera disongsong oleh hangatnya nasi goreng untuk makan pagi pagi. Dan yang membuat saya terkejut, bingung bersatu takjub, ada figur gadis yang dahulunya tetap kelas 4 SD, tetapi sekarang telah tumbuh jadi remaja yang cantik dan ayu. Namanya Nina. Kulitnya yang putih, matanya yang jernih, dan badannya yang cantik dan seksi, mengganggu mataku yang nakal.

Cersex Bergambar“Hallo Kak..! Sorry, semalam Nina kecapean menjadi tidak jemput kakak. Silakan di makan nasi gorengnya, ini Nina buat khusus dan khusus buat Kakak.” Ucapnya sambil menyebarkan senyumannya yang cantik. Saya segera terkesima.

“Ini betul Nina yang dahulu, yang ingusan?” Kataku sekalian ngeledek.
“Dia, Nina siapa kembali! Tetapi sudah tidak ingusan kembali, khan?” ucapnya sekalian menyinyir.

“Wah..! Sudah lama tidak bertemu, tidak taunya sudah besar. Pasti sudah punyai kekasih, ya? saat ini kelas berapakah?” tanyaku.

“Kekasih? Masih belum sempat diberi berpacaran sama Papah. Ucapnya tetap kecil. Tetapi saat ini Nina sudah naik kelas dua SMA, lho! Khan sudah besar?” jawabannya sekalian bersuara protes pada papanya.

“Memang Nina sudah siap berpacaran?” tanyaku.
Nina menjawab dengan mudah sekalian menyantap nasi goreng.

“Belum ingin sich..! Eh ngomong-ngomong nasinya dikonsumsi, donk. Sayang, kan! Sudah dibikin tetapi cuma dipelototin.”
Aku segera ambil piring dan ber-sarapan pagi dengan gadis elok tersebut. Sepanjang makan pagi, mataku tidak pernah lepas melihati gadis elok yang duduk dimukaku ini.

“Mama dan Papah ke mana? koq tidak makan pagi bersama?” tanyaku sekalian celingak-celinguk ke kiri dan ke nanan.

Nina langsung menjawab, “Oh ya, nyaris lupa. Barusan Mama nitip surat ini buat kakak. Ucapnya ada masalah tiba-tiba”.

Nina langsung memberikan selembar kertas yang dicatat tangan. Saya segera membaca surat tersebut. Isi surat itu menjelaskan jika Om Bagas dan Tante Rita ada masalah Kantor di Surabaya sepanjang satu minggu . Maka mereka memercayakan Nina kepadaku. Dalam kata lain Saya kebagian menjaga rumah dan jaga Nina sepanjang satu minggu.

“Emangnya kamu sudah biasa ditinggalkan seperti begini, Nin?” tanyaku sesudah membaca surat tersebut.

“Wah, Kak! satu minggu itu cepat. Sebelumnya pernah Nina ditinggalkan satu bulan” jawabannya.

“Oke dech! saat ini kakak yang menjaga Nina sepanjang satu minggu. Apapun itu yang Nina Ingin katakan saja sama kakak. Oke?” kataku.

“Oke, dech! saat ini pekerjaan kakak pertama, antar Nina jalanan ke Mall. Bisa, Kak?” Nina meminta kepadaku.

“Oh, bisa sekali. Saat ini saja kita pergi!” kemudian kami bersih-bersih dan secara langsung ke arah Mall.

Siang itu Nina terlihat elok dengan celana Jeans Ketat dan kaos oblong ketat warna merah muda. Segalanya serba ketat. Seolah memperlihatkan badannya yang seksi.

Pulang Jalanan jam 19. 00 malam, Nina kecapean. Ia segera pergi mandi dan katakan ingin istirahat alias tidur. Saya yang umum tidur terlarut pergi ke ruangan TV dan melihat acara TV. Jemu melihat acara TV yang kurang menggembirakan, Saya terpikir akan VCD Porno yang Saya membawa dari Manado. Sekalian pastikan Nina jika sudah tidur, Saya putar Film Porno yang Saya membawa tersebut. Cukup, dapat hilangkan kemelut karena menyaksikan bodynya Nina siang tadi.

Karena keasikan menonton, Saya tidak mengetahui Nina sudah sekitaran 20 menit melihat Saya Melihat Film tersebut.
Mendadak, “Akh..! Nina memekik saat di monitor TV kelihatan episode seorang lelaki masukkan penisnya ke vagina seorang wanita. Sudah pasti Saya pucat dengar suara Nina dari belakang. Langsung saja Saya matikan VCD tersebut.

“Nin, kamu sudah lama disana? ” tanyaku grogi.

“Kak, barusan Nina ingin pipis tetapi Nina dengar ada suara desahan menjadi Nina kesini” jawabannya polos.

“Kakak tidak perlu takut, Nina tidak apapun koq. Kebenaran Nina sebelumnya pernah dengar narasi dari rekan kalau Film Porno itu asyik. Dan rupanya betul . Hanya barusan Nina terkejut ada tikus melalui”. Jawab Nina. Saya segera lega.

“Jadi Nina ingin menonton ?” perlahan-lahan ada otak terorisku.

Itil V3
“Wah, ingin sekali Kak!” Langsung saja ku mengajak Nina melihat film itu dari sejak awalnya.

Sepanjang melihat Nina kelihatan menghayati tiap episode tersebut. Perlahan-lahan tetapi tentu Saya mendekati Nina dan duduk pas disebelahnya.

“Iseng kutanya kepadanya “Nina sebelumnya pernah beradegan begituan?” Nina langsung menjawab tetapi masih tetap matanya tertuju pada TV.

“Berpacaran saja belum apalagi episode ini.”

“Ingin tidak kakak ajarin yang seperti begituan. Aysik, lho! Nina akan merasakan kepuasan surga. Saksikan saja cewek yang di TV tersebut. Ia keliatannya benar-benar nikmati episode tersebut. Ingin tidak?” Tanyaku spontan.

“Memang kakak pintar dalam soal begituan?” bertanya Nina melawan.

“Ee..! nantang, nih?” Saya segera merengkuh Nina dari samping. Eh, Nina diam saja. Berasa sekali napasnya mulau mengincar pertanda Ia mulai terangsang dengan Film tersebut.

Saya tidak melepas pelukanku dan Sayup-sayup kedengar Nina mendesah sekalian membisikkan, “Kak, ajari Nina donk!”. Saya seperti disikat petir.

“Yang betul, nih?” tanyaku pastikan. Dengar itu Nina langsung melumat bibirku secara halus. Saya biarkan Ia mainkan bibirku. Selanjutnya Nina melepaskan lumatannya.

“Nina serius Kak. Nina sudah terangsang sekali, nih!” Dengar itu, saya segera tidak sia-siakan peluang. Saya segera melumat bibir cantik punya Nina. Nina menyongsong dengan lumatan yang halus.

Tiga menit selanjutnya entahlah siapa yag mengawali, kami berdua sudah melepas baju kami satu-satu sampai tidak ada satu helai benangpun melilit badan kami. Rupanya Nina lebih elok bila disaksikan pada keadaan telanjang bundar. Saya memperhatikan tiap lekuk badan Nina dengan mataku yang jelalatan dari ujung rambut sampai ujungnya kaki. Prima. Nina bertubuh yang prima untuk gadis seumur ia. Susunya yang montok dan padat berisi, tidak pernah terjamah oleh tangan pria mana saja.

“Koq Hanya disaksikan?” Lamunanku bubar oleh kata-kata Nina tersebut. Merasa ditantang oleh ucapannya, Saya segera membaringkan Nina di Sofa dan memulai melumat bibirnya kembali sekalian tanganku secara halusnya meremas-remas susunya Nina yang montok tersebut. Nina mulai mendesah-desah tidak karuan.

Tidak senang cuma meremas, satu menit selanjutnya sekalian masih tetap meremas-remas, Saya mengisap puting susu yang warna merah muda kecoklat-coklatan itu, berganti-gantian kanan dan kiri.

“Oh.. Kak.. Kak..! Sedap se.. ka.. li.. oh..!” desah Nina yang membakar nafsuku. Jilatanku turun ke perut dan pusar, lantas terus turun sampai ke gundukan kecil punya Nina yang banyak bulu-bulu lembut yang sedikit.

“Ah.. Geli sekali, Kak.. Oh.. nikmat..!” desah Nina waktu Saya jilat Kelentitnya yang mulai mengeras karena rangsangan luar biasa yang saya buat. Tanganku tidak pernah terlepas dari Susu Nina yang montok tersebut. Mendadak, Nina memekik dan melenguh ketahan sekalian keluarkan cairan vagina yang banyak.

“Akh.. ah.. oh.. e.. nak.. Kak.. oh..!” Tersebut orgasme pertama kalinya. Saya segera menelan semua cairan tersebut. Rasanya renyah dan nikmat.

“Bagaimana Sedap, Nin?” tanyaku sekalian mencubit puting susunya.

“Wah, Kak! Sangat nikmat. Rasanya Nina terbang ke surga.” Jawabannya sekalian raih pakaian dalamnya. Menyaksikan itu, Saya segera menghambatnya.

“Nantikan, Masih tetap ada lebih nikmat .” Kataku.

“Saat ini kakak ingin ajarin Nina yang seperti demikian” sekalian menunjuk episode di TV di mana serang wanita yang mengisap penis lelaki.

“Bagaimana, ingin?” Tanyaku melawan.

“Oke dech!” Nina menjawab dan secara langsung raih penisku yang tetap tertidur. Nina mengocak perlahan-lahan penisku itu sama seperti yang berada di TV. Lantas dengan malu Ia memasukkan ke mulutnya yang hangat sekalian menyedot-nyedot secara halus. Mendapatkan tindakan begitu secara langsung saja penis ku bangun. Berasa sangat nikmat diberlakukan begitu. Saya meredam Air maniku yang ingin keluar. Karena belum waktunya. Sesudah lebih kurang 15 menit diemut dan dibelai olah tangan lembut Nina, penisku sudah siap tempur.

“Nach saat ini pelajaran yang paling akhir” Kataku. Nina menurut saja waktu Saya angkat Ia dan membaringkan di atas karpet. Nina diam waktu Saya mengesek-gesek penisku di mulut vaginanya yang perawan tersebut. Karena sudah kering kembali, Saya menjilat lagi kelentit Nina sampai Vaginanya banjir kembali dengan cairan surga. Nina cuma pasrah saja saat Saya masukkan penisku ke vaginanya.

“Ah.. Sakit, Kak.. oh.. Kak..!” jerit Nina saat kepala penisku menerobos masuk. Secara halus Saya melumat bibirnya agar Nina tenang. Kemudian kembali Saya menekan pinggulku.

“Oh.. Nina.. sempit sekali.. Kamu masih perawan, oh..!” Nina cuma pejamkan mata sekalian meredam merasa sakit di vaginanya.

Sesudah berusaha dengan kerja keras, Bless..!
“Akh.. Kak.. sakit..!” Nina memekik ketahan saat Saya sukses mencoblos keperawanannya dengan penisku. Terus Saya pencet sampai mentok, lantas Saya merengkuh kuat Nina dan berusaha menentramkan Ia dengan lumatan-lumatan dan remasan-remasan yang halus di payudaranya. Sesudah tenang, Saya segera memacu Nina dengan semua potensiku.

“Oh.. e.. oo.. hh.., ss.. ah..!” Nina mendesah tanpa makna. Kepalanya kekanan-kekiri meredam nikmat. Napasnya mulai mengincar. Tanganku tidak pernah terlepas dari payudara yang semenjak barusan keremas-remas terus. Karena masih rapat sekali, penisku berasa seperti pada remas-remas oleh vaginanya Nina,

“Oh.. Nin, sedap sekali vaginamu ini, oh..!” Saya mendesah nikmat.

“Bagaimana, sedap? nikmat?” tanyaku sekalian terus memacu Nina.

“sedap.. sekali, Kak.. oh.. nikmat. Te.. rus.. terus, Kak.. oh..!” Desah Nina.

Sesudah lebih kurang 25 menit Saya memacu Nina, mendadak Nina melafalkanng.

“K.. Kak..! Nina sudah tidak tahan. Nina ingin pi.. piss.. oh..!” Kata Nina sekalian terengah-engah.

“Sabar, Nin! Kita mengeluarkan Bersama, yah! Satu..” Saya makin percepat pergerakan pinggulku.

“Dua.., Ti.. tidak.. oh.. yess..!” Saya Menyembur Spermaku, croot.. croot.. croott..! Dan bersama dengan itu Nina alami orgasme.

“Akh.. oh.. yess..!” Nina menyirami kepala penisku dengan cairan orgasmenya. Berasa hangat sekali dan nikmat. Kami sama-sama berangkulan nikmati cantiknya orgasme. Sesudah penisku ciut dalam vagina Nina, saya mengambilya. Dan secara langsung terbujur dari sisi Nina. Kusaksikan Nina tetap terengah-engah. Sekalian tersenyum senang, Saya mengecup dahi Nina dan berbicara

“Thank’s Nina! Kamu sudah memberi harta berhargamu ke kakak. Kamu menyesal?” Sekalian tersenyum Nina menggelengkan kepalanya dan berbicara,

“Kakak luar biasa. Nina dapat banyak belajar mengenai Seks malam hari ini. Dan Nina Berikan mahkota Nina karena Nina yakin kakak mengasihi Nina. Kakak tidak akan ninggalin Nina. Thank’s ya Kak! Tadi itu sangat nikmat. Rasanya seperti pada surga.”

Selanjutnya kami mengatur diri dan bersihkan darah perawan Nina yang bertebaran di karpet. Masih menggunakan BH dan celana dalam, Nina meminta Saya memandikan Ia sama seperti yang Saya kerjakan sekitaran 6 tahun lalu. Saya mengikuti tekadnya. Dan kamipun madi bersama malam tersebut. Sementara mandi, pikiran ngereskupun ada kembali saat menyaksikan payudara Nina yang mengkilap terkena air dari shower. Langsung saja kupeluk Nina dari belakang sekalian kuremas payudaranya.

“Ingin kembali nih..!” Kata Nina memikat. Birahiku langsung naik dirayu demikian.

“Tetapi pada tempat tidur saja, Kak. Nina lelah berdiri” kata Nina berbisik. Saya segera menggendong Nina ke arah tempat tidurnya dan memacu Nina di situ. Kembali kami rasakan enaknya surga dunia malam tersebut. Kemudian kami kecapekan dan secara langsung tertidur nyenyak.

Pagi harinya, saya bangun dan Nina tidak ada disampingku. Saya mencari tidak tahunya berada di dapur sedang mempersiapkan makan pagi pagi. Mahfum tidak ada pembantu. Kusaksikan Nina cuma menggunakan kaos oblong dan celana dalam saja. Bokongnya yang aduhai, benar-benar cantik disaksikan dari belakang. Saya segera terjang Nina dari belakang sekalian mengecup leher putihnya yang cantik. Nina terkejut dan secara langsung putar tubuhnya. Saya segera mengecup bibir sensualnya.

“Wah.. orang ini tidak ada puasnya..!” kata Nina Memikat. Langsung kucumbu Nina di dapur. Selanjutnya Ia merosotkan celana dalamku dan memulai mengisap penisku. Wah, ada perkembangan. Hisapannya makin prima dan luar biasa. Aku juga tidak ingin kalah. Kuangkat Ia keatas meja dan menarik celana dalamnya dengan gigiku sampai lepas. Tanganku menyelusup ke kaos oblongnya. Dan rupanya Nina tidak menggunakan BH. Langsung saja kuremas-remas susunya sekalian kujilat-jilat kelentitnya. Nina minta-minta ampun dengan tindakanku itu dan meminta agar Saya menyelesaikan pekerjaanku secara cepat.

“Kak.. masukkan, Kak.. cepat.. oh.. Nina sudah tidak tahan, nih!” Dengar desahan itu, langsung saja kumasukkan penisku di dalam lubang surganya yang sudah banjir dengan cairan pelumas. Penisku masuk dengan mulus karena Nina tidak perawan kembali seperti semalam. Dengan bebas Saya memacu Nina di meja makan.

Sesudah sekitaran 15 menit, Nina alami orgasme dan diikuti Saya yang menyembur spermaku dalam vagina Nina.

“Oh.. sedap.. Kak.. akh..!” desah Nina. Saya melenguh dengan keras

“Ah.. yes..! Nina, kamu memang luar biasa..”

Kemudian kami makan pagi dan mandi sama. Lantas kami pergi ke Mall. Jalanan.

Demikianlah sehari-harinya kami berdua sepanjang satu minggu. Kemudian Om Bagas dan Tante Rita pulang tanpa berprasangka buruk sedikitpun kamipun rahasiakan semua tersebut. Jika ada peluang, kami kerap melakukkannya dalam kamarku sepanjang satu bulan kami membangun jalinan terlarang ini. Sampai Saya harus pulang ke Manado. Nina menangis karena kepergianku. Tetapi Saya janji akan balik kembali dan memberi Nina Kepuasan yang tidak ada taranya.

Comments are closed.