Publisher Theme
Art is not a luxury, but a necessity.

Anaknya namanya Anita, sepantaran denganku, siswi SMU kelas 3. Rupanya Tante Yana ialah janda seorang bulekalau tidak salah, asal Perancis. Sikapnya friendly, mudah dibawa bercakap. Tetapi, yang paling penting ialah performanya yang “mengundang”. Rambutnya ikal di bawah telinga. Kulitnya coklat muda. Bodynya tidak langsing tetapi jika disaksikan terus, justru menjadi seksi. Payudaranya besar. Taksiranku sekitaran 36-an.

Foto Foto BokepNarasi ngentot tante Yang membuat mengundang ialah Tante Yana kerap menggunakan pakaian sleeveless dengan celana pendek sekitaran empat jemari dari lutut. Jika duduk, celananya terlihat sempit oleh pahanya. Mukanya tidak elok?elok sangat, muka keunikan Indonesia, type yang disuka beberapa orang bule. Seperti bodynya, mukanya jika jadi perhatian, apalagi jika pakaiannya cukup “terbuka”, justru menjadi muka?muka tempat tidur begitu dech. Dari langkah berpakaiannya saya menduga jika Tante Yana ituhypersex. Jika Anita, kontradiksi ibunya. Mukanya elok Indo, dan kulitnya putih. Rambutnya hitam kecoklat-coklatan, iris tepi sebahu. Walau buah dadanya tidak besar, kesesuaian bajunya malah membuat Anita menjadi seksi. Kelihatannya saya diserang sindrom tetangga samping nih.

Beberapa hari berakhir, gairahku pada Tante Yana makin bergolak hingga saya kerap ngotot bersembunyi dibalik semak-semak, masturbasi sekalian melihati Tante Yana jika sedang di luar rumah. Tetapi pada Anita, gairahku cuma sedikit, itu karena kecantikannya dan kulit putihnya. Gairah besarku terkadang membuatku ingin memperlihatkan batangku di muka Tante Yana dan masturbasi dimuka ia. Sebelumnya pernah kadang-kadang kujalankan niatku itu, tetapi cocok Tante Yana melalui, cepat-cepat kututup “anu”-ku dengan pakaian, karena takut mendadak Tante Yana melapor sama ortu. Tetapi, realitanya berlainan. Tante Yana malah menyapaku, (dan kusapa kembali sekalian tutupi kemaluanku), dan cocok di muka pagar tempat tinggalnya, dia tersenyum sinis yang mengarah ke senyum nakal. “Ehem.. hmm..” dengan sorotan mata nakal juga. Sesaat saya terbengong dan menelan ludah, dan justru tambahnafsu.

Selanjutnya, di suatu waktu, kuingat sekali itu hari Rabu. Saat saya pulang kuliah dan ingin buka pagar rumah, Tante Yana panggilku secara halus, “De, sini dahulu.. Tante buatkan makanan nih buat papa-mamamu.” Langsung kujawab, “Ooh, iya Tante..” Napasku langsung mengincar, dan dag dig dug. 1/2 batinku takut dan ragu, dan separuhnya kembali malah memerintah agar “ajak” Tante Yana. Tante Yana menggunakan pakaian sleeveless hijau muda, dan celana pendek hijau muda . Sesudah masuk ke dalam kamar tamunya, rupanya Tante Yana cuma sendiri, ucapnya pembantunya kembali berbelanja. Kondisi itu membuatku makin dag dig dug. Mendadak tante panggilku dari dapur, “De, sini nih.. makanannya.” Memang betul sich, ada banyak piring makanan di atas baki telah Tante Yana atur.

Saat saya ingin mengusung bakinya, mendadak tangan kanan Tante Yana mengelus pinggangku sementara tangan kirinya mengelus punggungku. Tante Yana lantas rapatkan mukanya di pipiku sekalian berbicara, “De, mm.. kamu.. nakal yah rupanya..” Dengan tergagap-gagap saya bicara, “Emm.. ee.. nakal bagaimana sich Tante?” Jantungku tambah cepat berdegap. “Hmm hmm.. berpura-pura tidak inget yah? Kamu nakal.. ngeluarin titit, sudah begitu ngocok-ngocok..”Tante Yana melanjutkan bicaranya sekalian meraba-raba pipi dekat bibirku. Kontan saja saya tambah gagap plus terkejut karena Tante Yana rupanya ketahuinya. Tersebut penyebabnya ia tersenyum sinis dan nakal saat itu. Saya tambah gagap, “Eeehh? Eee.. tersebut..” Tante Yana langsung menggunting sekalian berbisik sekalian terus mengelus pipiku serta bokongku. “Kamu ingin yah sama Tante? Hmm?” Tanpa banyak omong-omong kembali, tante langsung mencium ujung bibir kananku dengan sedikit sentuhan ujung lidahnya.

Rupanya betul perkiraanku, Tante Yana hypersex. Saya tidak ingin kalah, kubalas segeraciumannya ke bibir tebal seksinya tersebut. Lantas kusenderkan diriku di tembok samping wastafel dan kuangkat pahanya ke pinggangku. Kecupan Tante Yana benar-benar erotis dan bertempo cepat. Kurasakan bibirku dan beberapa pipiku basah karena dijilati oleh Tante Yana. Pahanya tadi kuangkat sekarang menggesek-gesek pinggangku. Karena erotisnya kecupan Tante Yana, gairahku jadi bertambah. Kumasukkan ke-2 tanganku ke kembali pakaiannya di punggungnya seperti merengkuh, dan kuelusi punggungnya. Saat kuelus punggungnya, Tante Yana mendangakkan kepalanya dan terengah. Kadang-kadang tanganku berkenaan tali BH-nya yang selanjutnya lepas karena gesekan tanganku. Selanjutnya Tante Yana mengambil bibirnya dari bibirku, mengakhiri kecupan dan ajakkuuntuk ke kamarnya.

Kami cepat-cepat ke kamarnya karena benar-benar bergairah. Saya sampai tidak memerhatikan bentuk dan isi kamarnya, langsung direbah oleh Tante Yana dan melanjutkan kecupan. Posisi Tante Yana ialah posisi senggama kegemaranku yakni nungging. Kecupannya betul-betul erotis. Kumasukkan tanganku ke celananya dan saya segera mengelus belahan bokongnya yang nyaris berkenaan belahan vaginanya. Tante Yana yang hyper itu langsung menanggalkan kaosku dengan cukup cepat. Tetapi kemudian ada episode baru yang tidak pernah kusaksikan baik di film semi atau di BF mana saja. Tante Yana meludahi dada abdomen-ku dan menjilat-jilatinya lagi. Kadang-kadang saya merasa seperti nyeri ketikalidah Tante Yana berkenaan pusarku. Saat saya coba mengusung kepalaku, kusaksikan sisi leher kaos tante Yana kendor, hingga buah dadanya yang bergoyang-goyang kelihatan terang. Selanjutnya kupegang pinggangnya dan kupindahkan tempatnya ke bawahku. Lantas, kulucuti kaosnya dan beha nya, kulanjutkan mengisapi puting payudaranya. Terlihat Tante Yana mendangakkan lagi kepalanya dan terengah kadang-kadang panggil namaku.

Sekalian terus mengisap dan menjilat-jilati payudaranya, kulepas celana panjangku dan celana dalamku dan kubuang ke lantai. Rupanya cocok kupegang “anu”-ku, telah ereksi dengan tingkat maksimal. Benar-benar keras dan saat kukocok-kocok kadang-kadang berkenaan dan menggesek urat-uratnya. Tante Yana juga melepaskan celana-celananya dan mengelusi bulu-bulu dan lubang vaginanya. Dia mengantongi sedikit mani dari vaginanya dan masukkan jari-jari itu ke mulutku. Saya segera turunkan kepalaku dan menjilat-jilati wilayah “bawah” Tante Yana. Rasanya cukup seperti asin-asinditambah kembali ada cairan yang keluar lubang “anu”-nya Tante Yana. Tetapi tetap saya menikmatinya. Di tengah-tengah nikmatnya menjilati, ada suara seperti pintu terbuka tetapi ikut terdengar tidak demikian terang. Saya takut kedapatan oleh pembantunya atau Anita.

Sesaat saya stop dan bicara sama Tante Yana, “Eh.. Tante..” Rupanya tante malah melanjutkan “episode” dan berbicara, “Ehh.. bukan siapa saja.. egghh..” sekalian mendesah. Posisiku sekarang di bawah kembali dan saat ini Tante Yana sedang mengisap “lollypop”. Ereksikusemakin maksimal saat bibir dan lidah Tante Yana sentuh beberapa bagian batangku. Tante Yanamengulangi episode meludahi lagi. Ujung penisku diludahi dan sekujurnya dijilati perlahan-lahan. Pikirkan, bagaimana ereksiku tidak tambah maksimal?? Tidak lama, Tante Yana yang semula nungging, mengganti posisi berlutut di atas pinggangku. Tante Yana berniat lakukan senggama. Saya sebelumnya sempat terkejut dan bengong menyaksikan Tante Yana dengan perlahan-lahan menggenggam dan arahkan penisku ke lubangnya seperti film BF saja. Tetapi sesudah ujungnya masuk ke dalam lubang senggama, kembali saya seperti nyeri khususnya pada bagian pinggang dan selangkanganku di mana peristiwa itusemakin menambahkan gairahku.

Tante mulai menggoyahkan badannya dengan arah atas-bawah awalannya dengan perlahan-lahan. Saya merasa begitu nikmat walaupun Tante Yana tidak virgin. Dalam lubang itu, saya merasa adacairan hangat di sekujur tangkai kemaluanku. Sekalian kugoyangkan tubuhku, kuelus pinggangnya dan kadang-kadang buah dadanya kuremas-remas. Tante Yana mengelus-elus dada dan pinggangku sekalian terus bergoyang dan melihatiku secara tersenyum. Karena mungkin gairah yang lebih besar, Tante Yana bergoyang cepat sekali tidak teratur entahlah itu mundur-maju atau atas bawah. Hingga kadang-kadang saya dengar suara “Ngik ngik ngik” dari kaki tempat tidurnya. Karena bergoyang cepat sekali, badan Tante Yana berkeringat. Selekasnya kuelus tubuhnya yang berkeringat dan kujilatitanganku yang penuh keringat ia tersebut.

Lantas tempatnya ganti kembali, jadi saya bertumpu di ujung tempat tidur, dan Tante Yana menempati pahaku. Jadi, saya dapat gampang menciumi dada dan payudaranya. kujilati badannya yang sedikit berkeringat itu, lantas saya menggesekkan badanku yang sedikit berkeringat kedada Tante Yana. Tidak kupikirkan saat itu jika yang kujilati ialah keringat karena gairah yang terlampau meletus. Tidak lama, saya merasa akan ejakulasi. “Ehh.. Tante.. uu.. udaahh..” Belum saya menuntaskan kata-kataku, Tante Yana telah 1/2 berdiri dan nungging di depanku. Tante Yana mengelus-elus dan mengocak penisku, dan mulutnya telah ternganga dan lidahnya menjulur siap terima semburan spermaku. Karena kocokan Tante Yana, saya menjadi ejakulasi. “Crit.. crroott.. crroott..” rupanya semburan spermaku kuhitung sampai sekitaran 7x di mana tiap kencrotan itu keluarkan sperma yang putih, kental dan banyak. Kadang-kadang capaian kencrotannya panjang, dan berkenaan rambut Tante Yana. Mungkin ada yang jatuh ke sprei. Sama persis sekali film BF.

Kusaksikan muka Tante Yana telah penuh sperma putih kental punyaku. Tante Yana yang memanghyper, mengantongi spermaku baik dari mukanya atau dari tersisa di sekujur batangku, dan masukkan ke mulutnya. Kemudian, saya merasa benar-benar lemas. Staminaku terkuras oleh Tante Yana. Saya segera tiduran sekalian merengkuh Tante Yana sementara penisku masih tegak namuntidak sekuat barusan.

Sekitaran satu minggu berakhir sesudah ML sama Tante Yana. Siang itu saya sedang ada di dalam rumah cuma dengan pembantu (orang tuaku pulangnya malam atau sore, adikku sedang sekolah). Sekitaran jam satu-an, saya yang duduk di atas bangku malas teras, menyaksikan Tante Yana ingin pergi entahlah ke mana dengan mobilnya. Kusaksikan Anita tutup pagar dan dia tidak melihatku. Sekitaran 10 menitkemudian, telephone rumahku berdering. Saat kuangkat, rupanya Anita yang menghubungi. Suara suaranya cukup ketus, menyuruhku ke tempat tinggalnya. Ucapnya ada yang ingin dibicarakan. Di kamar tamunya, saya duduk bertemu sama Anita. Mukanya tidak sebagaimana umumnya, kelihatan jutek, judes, dan lain-lain. Sehubungan ia semacam itu, saya menjadi salah kelakuan dan kebingungan ingin bicara apa.

Tidak lama Anita mulai berbicara lebih dulu dengan suara ketus kembali,

“De, saya ingin bertanya!”

“Hah? Tanya apaan?” Saya terkejut dan cukup dag dig dug.

“Loe waktu pekan kemarin ngapain sama nyokap saya?” Ia tanya langsung tanpa basa-basi.

“Ehh.. pekan kemarin? Kapan? Ngapain emangnya?”

Saya berpura-pura tidak paham dan ngerinya ia ingin memberikan laporan pada orang tuaku.

“Aalahh.. loe tidak perlu belagak bego dech.. Emangnya saya tidak tahu? Saya baru pulang dari sekolah, saya simak sendiri pakai mata kepala saya.. saya lihat dari pintu, loe kembali make nyokap saya!!”

Saat itu juga saya segera terkejut, bengong, dan tidak paham sedang ingin ngapain, tubuh telah seperti mati rasa. Batinku berbicara, “Mati saya.. bisa jadi saya ditendang dari rumah nih.. nama baik ortu saya dapat jatoh.. mati dech saya.”

Anita juga tetap melanjutkan perkataannya,

Itil V3
“Loe napsu sama nyokap saya??”

Anita selanjutnya berdiri sekalian tolak pinggang. Matanya melihat benar-benar tajam. Saya hanya dapat diam, bengong tidak dapat bicara apapun. Keringat di leher mengalir. Anita mendekatiku yang cuma duduk saja kaku beku perlahan-lahan tetap dengan tolak pinggang dan pandangan tajam. Pipiku siap terima pukulan atau tonjokan tetapi untuk hal ia akan menyampaikannya pada orang tuaku dan saya ditendang tidak dapat saya pecahkan. Tetapi, satu kali lagi realita benar-benar berlainan. Anita yang menggunakan kaos terusan yang serupa daster itu, malah buka ikatan di punggungnya dan membukakaosnya. Rupanya dia tidak kenakan beha dan celana dalam . Maka di depanku ialah Anita yang bugil. Takutku sekarang lenyap tetapi bingungku semakin. “Kalau begitu, loe ingin kan sama saya?” Anita langsung dekatkan bibir seksi-nya ke bibirku. Celana pendekku terlihat kuat pada bagian “anu”.

Sekarang yang kurasakan bukan kecupan erotis seperti kecupan Tante Yana, tetapi kecupan Anita yang halus dan romantis. Begitu enaknya kecupan dari Anita. Saya segera merengkuhnya halus. Badan putihnya betul-betul mulus. Bulu vaginanya sepintas kusaksikan coklat gelap. Selekasnya kulepas celana-celanaku dan Anita buka kaosku. Cukup lama Anita menciumiku dengan posisimembungkuk.

Kukocok-kocok penis besarku itu sedikit-sedikit. Saya segera membisikkannya, “Nit, kita ke kamarmu yok..!” Anita menjawab, “Ayoo.. biarlebih nyaman.” Anita kurebahkan di tempat tidurnya sesudah kugendong dari ruangan tamu. Seperti kecupan barusan, ini kali situasinya lebih halus, romantis dan perlahan-lahan. Anita kadang-kadang menciumi dan cukup menggigit daun telingaku saat saya sedang mencumbu lehernya. Anita kadang-kadang mencekram lenganku dan punggungku. Kaki kanannya diangkat sampai ke pinggangku dan terkadang ia gesek-gesekkan. Dalam pikiranku, mungkin ini kali ejakulasiku tidak sepanjang sama seperti Tante Yana karena terikut romantisnya situasi.

Disini saya dapat mengetahui jika Anita itu type orang romantis dan halus. Tetapi tetap gairahnya besar. Justru ia segera arahkan dan menusukkan penisku ke lubang senggamanya tanpa episode-adegan lain. Sehubungan Anita masih virgin, memasukkan tidak gampang. Perlu sedikit dorongan dan tahan sakit termasuk saya . Muka Anita terlihat meredam sakit. Gigi atasnya menggigit bibir bawahnya dan matanya terpejam keras sama seperti keasaman makan buah mangga atau jambu yang asem.

Tidak lama, “Aaahh.. aa.. aahh..” Anita berteriak cukup keras, saya ngerinya kedengar sampai keluar. Selaput perawannya telah tertembus. Saya coba menggoyahkan mundur-maju dalam lubang yang sempit tersebut. Tetapi, saya merasa begitu enak sekali senggama di lubang perawan. Anita ikut-ikutan goyang mundur-maju sekalian meraba-raba dadaku dan mencium bibirku. Rupanya betul perkiraanku. Sedikit kembali saya akan ejakulasi. Kemungkinan cuma sekitaran 6 menit. Walau demikian, keringatku juga masih tetap mengalir. Begitu juga Anita.#

Dengan cukup meredam ejakulasi, giliran kurebahkan Anita, kukeluarkan penisku lantas kukocokdi atas dadanya. Mungkin karena masih sempit dan rapatnya selaput dara Anita, tangkai penisku menjadi lebih gampang tergores hingga bisa lebih cepat juga ejakulasinya. Ditambahkan juga dalam satu minggu itu saya tidak masturbasi, menonton BF, atau beberapaya.

Selanjutnya, “Crit.. crit.. crott..” kembali kujatuhkan spermaku di badan orang untuk ke-2 kalinya. Kusemprotkan spermaku di dada dan payudaranya Anita. Ini kali kencrotannya semakin sedikit, tetapi spermanya lebih kental. Bahkan juga ada yang sampai berkenaan leher dan dagunya. Anita yang baru pertama kalinya menyaksikan sperma lelaki, coba ingin ketahui bagaimana rasanya menelan sperma. Anita mengantongi sedikit dengan agakcanggung dan gestur mukanya sedikit memvisualisasikan orang jijik, dan lantas menjilatnya.

Terus, Anita berbicara dengan polos, “Emm.. ee.. De.. kalau ‘itu’ bagaimana sich rasanya?” sekalian menunjuk ke kejantananku yang tetap berdiri yang tegak dan kuat. “Eh.. hmm hmm.. coba saja sendiri..” sekalian tersenyum dia menggenggam tangkai kemaluanku perlahan-lahan dan cukup canggung. Tidak lama, dia mulai memompa mulutnya perlahan-lahan malu karena baru pertama kalinya.

Mungkin dia sekaligus bersihkan tersisa spermaku yang tetap menetes di sekujur batangku tersebut. Kusaksikan sepintas di lubang vaginanya, ada bintik darah yang selekasnya kubersihkan dengan tissue dan lap. Sesudah usai, saya yang kekurangan stamina, terkulai lemah di tempat tidur Anita, sedangkan Anita tiduran dari sisi. Kami sama senang, khususnya saya yang senang mengolah ibu dan anaknya tersebut.

Comments are closed.