Publisher Theme
Art is not a luxury, but a necessity.

Cerita Sex Tante Sangat Nafsu & Senang Berhubungan Intim

Ah, saya masih bagus sekali. Sudah pasti, pertanda ketuaan tidak dapat dijauhi, tetapi badanku tidak pernah molor karena hamil, apalagi melahirkan. Saya masih ingin melalui profesiku, saya ini wanita yang nikmati kekuasaan. Dan menikah dengan Mas Har buka lebar-lebar peluang untuk raih tekad tersebut. Kualihkan pandangan pada figur lelaki tambun di ranjangku. Mas Har yang dahulu tampil benar-benar jantan, dapat benar-benar berbeda dalam kurun waktu 12 tahun. Rambut lembut di dada dan perutnya dahulu yang selalu membuatku bernafsu jika dipeluknya, sekarang tumbuh semakin lebat dan liar, dan Mas Har sebelumnya tidak pernah ingin cukurnya. Perutnya yang kuat dahulu sekarang tertutupi oleh selimut lemak yang tebal. Memang otot dada dan tangannya yang kekar tetap bertahan. Tetapi jika saya bercinta dengan Mas har saat ini, rasanya saya sedang disetubuhi oleh satu ekor gorilla. Menjijikkan.

Foto Foto BokepWalau demikian, keinginanku belakangan ini semakin tidak tertahan. Sering, akulah yang minta lebih dulu ke Mas Har untuk memberikan kepuasan gairahku. Tetapi karena stamina Mas Har yang lemah di umurnya yang 1/2 era lebih, saya hampir dipastikan tidak terpenuhi dan umumnya saya sendiri yang menuntaskan “pekerjaan” Mas Har. Seperti yang terjadi sore hari ini, tinggal sesaat lagi saya rasakan orgasme, mendadak Mas Har keluar, dan dengan napas terengah-engah dia membelai-belai badanku selanjutnya tertidur pulas di sampingku. Kembali lagi harus jari-jariku sendiri yang memberikan kepuasanku. Saya sudah tidak tahan. Saya tidak perduli kembali pada nilai dan etika yang berjalan buatku sebagai wanita. Kubulatkan kemauanku, selanjutnya saya pergi ke kamar mandi untuk bersihkan diri dari sisa cumbuan suamiku yang menjijikkan.

Usai makan pagi Mas Har pamit padaku dan menjelaskan begitu menyesalnya ia harus meninggalkanku akhir minggu ini ke Singapura, untuk kebutuhan lobby perusahaannya. Mas Har pernah tawarkan padaku untuk pergi dengannya, tetapi saya menampik dengan argumen saya capek dengan tugas kantorku dan tidak sedang ingin pergi sangat jauh cuma untuk belanja. Dan kesempatan kali ini akan saya pakai sebagus-baiknya. Sore hari ini saya akan mempunyai aktivitas lebih menarik dari sekadar belanja, di Singapura sekalinya. Supir kami mengantarkan Mas Har pergi dan 30 menit selanjutnya saya pergi ke arah kantor bawa sedanku sendiri.

Sesudah makan siang saya kembali lagi ke kantor dan menuntaskan beberapa pekerjaanku hari itu dan dua jam sebelum waktunya pulang, saya memberikan tersisa tugas itu ke bawahanku. Mereka tidak begitu suka dengan pekerjaan tiba-tiba itu, tetapi kelihatannya mereka telah terlatih dengan perangaiku. Mereka memahami jika saya tidak mau jadi capek, karena sehabis pulang kerja kelak saya akan pergi bersama teman-temanku, eksekutif wanita usia muda lainnya. Namun mereka tidak paham jika hari itu, saya telah menggagalkan acara jalanan kami.

Kukemudikan sedanku ke rumahku, tetapi selanjutnya membelok ke arah lain tempat. Sekitaran 15 menit selanjutnya saya stop dari sisi sebuah lapangan basket dalam sesuatu perumahan. Di situ beberapa remaja SMU sedang main. Saya turun dari mobilku dan duduk dari sisi lapangan tempat tas-tas mereka ditempatkan, lantas melihat permainan mereka. Salah satunya pada mereka, kenakan baju basket warna merah, yang selanjutnya melihatku, tersenyum dan lambaikan tangannya. Saya membalasnya dengan sama. Ia ialah Angga, anak salah satunya bawahanku yang kutugaskan pergi ke luar kota sepanjang sekian hari. Hubunganku dengan keluarga mereka cukup dekat untuk ketahui jika Angga meng ikuti latihan basket 2x satu minggu di situ.

Sepuluh menit selanjutnya permainan usai dan beberapa remaja itu ke arah tas mereka, yakni ke arahku. Saya jalan ke arah Angga bawa sebotol minuman yang telah kusiapkan pagi barusan.

“Ang, minum dahulu nih. Rupanya barusan di mobil Tante masih tetap ada sebotol”, tawarku.

“Oh ya, Tante, terima kasih!”, jawabannya tersengal.

Kelihatannya dia tetap kecapekan. Angga ambil botol dari tanganku dan selekasnya habiskan didalamnya. Kami jalan ke arah tasnya. Dan dia keluarkan handuk untuk mengusap keringatnya. Saya melihat sesaat ke tasnya dan mengucapkan syukur saya memberi botol minumanku ke Angga saat sebelum dia sebelumnya sempat ambil minuman bekalnya sendiri.

Sebagai pemain basket, Angga lumayan tinggi. Dari tinggi tubuhku yang 168 cm kuperkirakan jika tinggi Angga sekitaran 180-an cm. Dapat kuperhatikan tangan Angga cukup kekar untuk anak sama usianya, kelihatannya olahraga basket betul-betul latih fisiknya. Figure tubuhnya memperlihatkan kekuatannya sebagai olahragawan basket. Saya berpindah ke mukanya yang terlihat imut walaupun basah oleh keringat. Dengan kulit yang kuning, mukanya betul-betul manis. Saya tersenyum.

Sesudah mengusap mukanya, Angga memerhatikanku sesaat dan berbicara, “Tante Nia dari kantor? Kok pakai kesini?”

“Tidak, malas saja ingin ke rumah, tidak ada temannya sich. Om Harry kembali ke Singapura . Maka tante jalanan.. terus rupanya melalui deket-deket sini, sekaligus saja singgah..” ujarku 1/2 merajuk.

Dia berpindah sesaat untuk bercakap dan bergurau dengan temannya.

“Sama donk Tante, Angga kembali malas nih di dalam rumah, tidak ada orang sich!”

“Tidak ada orang? Ibu sama adik kamu ke mana?”

“Nginep di dalam rumah nenek, esok sore pulang. Saya diminta menjaga rumah sendiri”. Angga menyimpan handuknya dan duduk di sampingku.

“Oh, kebenaran sekali ya..” kata-kata itu mendadak lepas dari mulutku.

Yang disebutkan Angga betul-betul di luar sangkaanku, tetapi malah membuat kondisi menjadi lebih bagus. Saya tidak butuh berusaha susah payah untuk cari tempat ber..

“Mengapa, Tante? Kebenaran bagaimana?”

“Iya, kebenaran saja kita sama mencari rekan..” Angga tersenyum.

“Sebetulnya.. Ehh.. Tante ada perlu sich ke rumahmu. Ada file laporan penting yang perlu diambil selekasnya, walau sebenarnya papah kamu tetap di luar kota. Kurang lebih dapat tidak ya, tante ke rumahmu ngambil file itu? Tante telah katakan kok sama Papah kamu, ucapnya tante diminta ngambil saja di dalam rumah..”

“Oh, tidak apapun kok. Hanya mungkin cukup lama ya, Tante. Masalahnya saya perlu mencarinya kunci cadangannya almari papah. Umumnya selalu digembok sich, jika pergi-pergi. ”

Itil V3
“Tidak jadi masalah, Tante tidak cepat-cepat. Kita pergi saat ini?”.

Angga menggangguk lantas kami jalan ke arah mobilku. Angga mengangkat tangan pada beberapa temannya dan meneriakkan kata-kata perpisahan. Kuperhatikan beberapa teman Angga sama-sama berbisik dan tertawa-tawa kecil menyaksikan kami pergi.

“Di dalam rumah betul-betul tidak ada orang yah, Ang?”

“Hanya saya doang, Tante. Untungnya sich Mama memberi uang cukup buat mencari makan.”

“Aduh.. Kaciann..” kataku manja. “Tetapi umumnya seumuran kamu tentu ada kekasih yang nemenin ke mana saja kan..”

Angga melihat dan tersenyum padaku. “Wah, Angga tidak punyai Tante. Tidak ada yang ingin!”

“Ah, saat? Cowok kece kaya kamu begini loh!” Kutepuk perlahan lengannya, coba rasakan sesaat kekuatannya. “Jika Tante sich, telah sejak dahulu Angga tante sikat!”

Angga cuma ketawa ramah, dia telah terbiasa dengan style bergurauku yang cukup genit tersebut. Walau sebenarnya, figur Angga betul-betul telah memesonaku saat dia dikenalkan padaku dan Mas Har satu tahun lalu.

Perjalanan ke rumah Angga memerlukan waktu sekitaran 30 menit karena jalanan telah penuh oleh beberapa mobil orang yang lain ke arah rumah masing-masing. Diperjalanan saya masih tetap memerhatikan Angga. Saya ingin ketahui apa minuman tadi Angga minum telah memperlihatkan reaksinya. Umumnya saya memakai obat itu untuk memancing gairah Mas Har dan menjaga staminanya. Saya mungkin telah edan.. Berusaha untuk tidur dengan bocah SMU anak pegawaiku sendiri.. Tetapi biarkanlah.. Gelegak di diriku sudah tidak sanggup kembali saya bendung.

Barusan pagi saya memberi jumlah extra pada minuman yang kuberikan pada Angga, dan saat ini saya ingin tahu akan dampaknya dalam tubuh muda Angga. Dapat kusaksikan saat ini napas Angga mulai turun-naik kembali sesudah sebelumnya sempat tenang duduk dalam mobil. Duduknya terlihat sedikit resah. Saya menyisih. Kami telah tiba.

Dia buka pintu dan mempersilakan saya masuk. Saya duduk nyaman di atas sofa ruangan tamu dan dia ke arah dapur untuk mempersiapkan satu gelas minuman bagiku. Rumah Angga tidak terlalu besar, sekadar cukup buat tinggal 4 orang. Satu kali lagi saya bertanya pada diriku sendiri, apa saya ingin lakukan ini.. Dan sedetik selanjutnya saya menjawab: saya memang sungguh inginkannya..

Kutanggalkan jas dan blazerku, tersisa sebuah tank-top putih untuk menempel pada bagian atas badanku. Barusan pagi saya telah mematut diri di kaca dengan tank-top ini. Sebetulnya ukuran sedikit kecil dari ukuranku, sampai ketat untuk menunjukkan secara jelas bentuk payudaraku, bahkan juga puting susuku. Saya tersenyum geli saat meihat diriku di cermin pagi tersebut. Rok miniku kutarik sedikit semakin tinggi, dan kusilangkan kakiku sebegitu rupa sampai Angga yang kelak datang dari dapur akan memerhatikan pahaku yang mulus.

Angga keluar beberapa saat selanjutnya membawa satu gelas sirup dengan batu es. Dia termenung sesaat saat sebelum meneruskan jalannya ke arah meja di depanku.

“Panas sekali, Ang. Karena itu Tante lepas blazernya”, kataku 1/2 mengeluhkan.

“Iya, memang di sini tidak ada AC seperti pada rumah Tante”.

Suara Angga sedikit terbata, napasnya turun-naik, dan coba tersenyum. Kusaksikan Angga berkeringat, tetapi saya tahu hal tersebut bukan karena hanya panas yang terdapat di ruangan tamu ini. Saya ambil gelas yang dingin itu dan menggosokkannya di bagian bawah leherku yang berkeringat. Fresh sekali..

“Ahh.. Segar baget Ang. ”

Angga menelan ludahnya. Kuminum sedikit sirup tersebut.

“Uhh.. Hebat sekali. Sedap, Ang”, ujarku 1/2 mendesah.

“Hmm.. Tante.. Angga.. Angga mencari kunci lemarinya papah dahulu ya..” kata Angga. Anak ini pemalu , kataku dalam hati. “Oh, iya dech, Tante nantikan. ” Angga selanjutnya segera ke arah satu almari besar dari sisi sofa dan memulai buka laci-lacinya.

Saya bersabar sedikit semakin lama. Saya tahu dari perilaku Angga yang semakin resah, jika obat itu sesaat akan betul-betul memberikan dampak. Sesudah 10 menit cari dan belum temukan kuci tersebut. Saya jalan ke Angga yang tetap membungkuk, cari kunci itu di salah satunya laci.

“Ang.. Apa tidak lebih bagus..”

Angga lantas berdiri dan mengubah tubuhnya menghadapku. Saya tahu ia sebelumnya sempat mengambil pandang ke dadaku saat sebelum menyaksikan mukaku. Dia menelan ludahnya. Saya merapat kepadanya sampai bila saya mengambil langkah satu kali lagi badanku akan secara langsung bersinggungan dengannya. Angga coba undur, tetapi almari besar itu menghadanginya.

“Mengapa..? Tante..?”, napasnya berasa sentuh dahiku.

Saya mendangak sedikit, melihat mukanya.

“Lebih bagus kamu..”

Tanganku meraba-raba otot bisepnya, padat..

“Mandi dahulu..”

Tanganku yang satu sentuh pinggir bawah baju basketnya..

“Terus mengganti pakaian..”

Ke-2 tanganku mulai mengusung kausnya..

“Kan, kamu keringetan begini..”

Tanganku 1/2 meraba-raba otot-otot perutnya yang keras sekalian terus bawa kausnya ke atas..

“Kelak.. Kuncinya.. Dicari kembali..”

Dadanya cukup kuat, dan berasa sekali paru-parunya merekah dan mengempis makin cepat, jantungnya berdegap kuat.. Mukaku berasa panas, jantungku turut berdetak cepat. Angga mengusung lengannya dan berbicara, “Ya Tante..”

Tetapi suara Angga lebih serupa desahan berat. Kuangkat kausnya ke atas dan Angga secara cepat melanjutkan pekerjaanku dan melempar kausnya ke samping. Angga saat ini bertelanjang dada, dengan celana selutut tetap dikenainya. Saya rapatkan tubuhku kepadanya tetapi mendadak saya stop sesudah rasakan suatu hal berkenaan perutku. Saya undur sedikit dan menyaksikan ke darimanakah sentuhan di perutku berasal.

“Oh..!”, bisikku sedikit kaget.

Dari dalam celananya kelihatan benjolan yang lumayan panjang dan besar. Penis Angga.. Siluetnya kelihatan terang dari celana basketnya yang kendur. Saya menyaksikan muka Angga. Dia menyaksikan benjolan di celananya itu, sedikit kaget, selanjutnya melihatku. Napasnya menderu.

“Eh, maaf tante.. saya.. Tidak pernah.. Pakai..”

“Celana dalam? Tidak.. Sebelumnya pernah..?” potongku.

Dia cuma geleng-geleng dan melihatku lagi.

Saya tersenyum. “Tidak apapun.. Lebih bagus begitu..”

Muka imutnya menunjukkan keterkejutan. Tetapi saya selekasnya rapatkan lagi badanku dan maju lebih berani. Kucengkram tangkai kemaluannya di luar celananya. Angga napak makin kaget dan tubuhnya bergetar sedikit. Selanjutnya semua jalan mengikuti gairah kami yang berkobar-kobar.

Angga merengkuhku, bawa bibirku rapat ke bibirnya dan lakukan kecupan paling bergairah yang dulu pernah saya terima pada sebuah dasawarsa ini. Lidahnya bergulat liar dengan lidahku, bibirku digigitnya perlahan.. Kupegang kepalanya dan kurapatkan terus dengan mukaku. Kuacak-acak rambutnya seolah saya ingin semua badannya masuk ke ragaku.

Angga coba mengakhiri kecupan tersebut. Saya cemas dia akan menampik untuk melakukan tindakan lebih jauh, sampai saya tidak biarkan. Tetapi saya telah susah atur napasku, dan pada akhirnya kulepaskan mukanya. Saya tersengal, coba mengisap udara sebanyaknya. Rupanya Angga benar-benar tidak stop. Saat saya dikalahkan gairah waktu berciuman barusan, Angga telah sukses melepas tank-topku tanpa sedikitpun saya mengetahuinya. Tank-top itu sekarang ada di bawah kakiku. Dan sekarang Angga mulai mengisap dan menjilat-jilati leherku dengan buas.

“Ohh.. Anngghh..” inilah yang sejauh ini kudambakan, nafsu dan energi yang demikian melimpah..

Lidah Angga bergerak kembali ke bawah.. Membasahi belahan dadaku.. Berputar-putar sesaat disekitaran puting kiriku, memberi kesan geli yang nikmat.. Selanjutnya Angga menyantap payudaraku.

“Ouuhh.. Kamu.. Ahh.. Kurang ajar yahh.. Hmmpphh.. Terusin Anngg.. Ahh.. Mmmhh..”

Bocah ini.. Betul-betul bergairah.. Dia lantas lakukan hal yang sama pada payudaraku yang samping kanan dan selekasnya membawaku ke tingkat orgasme.. Saya merasainya.. Sedikit kembali.. Tetapi dia mendadak stop, membuatku menyaksikan ke bawah, ingin tahu apakah yang terjadi. Dia berlutut, dan coba melepas rok miniku. Tanganku bergerak cepat menolong Angga dan dua detik selanjutnya rok itu telah jatuh ke lantai. Saya coba melepas juga celana dalamku, tetapi Angga bisa lebih cepat.. Dia menyobeknya.. Sejurus selanjutnya lidahnya berlaga .. Dalam lubang kewanitaanku..

“Anggahh.. Kamuhh.. Tidak sopann..”

Kumajukan pinggulku, rasanya saya ingin memasukkan semua muka Angga ke vaginaku.. Lidah Angga yang tidak terbiasa, membuatku harus menolongnya sentuh wilayah yang pas dengan gerakkan kepala bocah tersebut.

“Uuuhh.. Di sini Anngghh.. Ohh.. Yeeaahh..!!”

Angga terus bergerilya dalam gua-ku sampai saya rasakan gelombang kepuasan yang luar biasa.

“Angghh.. Tante.. Ingin.. Aaahh!!”

Badanku menggelinjang bersamaan dengan orgasme yang menerpaku. Angga dengan liar menjilat-jilati cairan-ku sampai tetes yang paling akhir. Kakiku berasa lemas.. Perlahan-lahan saya terduduk.. Dan tiduran di lantai.. Rasakan beberapa sisa kepuasan yang sudah Angga beri sekalian tersengal-sengal..

Saya menyaksikan ke Angga. Dia sedang tersengal-sengal. Tubuhnya berdiri kuat di hadapanku. Tubuh kekarnya yang berkeringat, berkilat oleh refleksi matahari sore yang menerobos jendela kamar. Dan.. Tidak ada celana basket yang menempel di tubuh tersebut. Pistolnya.. Mengacungkan tegak ke arahku. Batangnya demikian besar.. Tentu lebih dari 20 cm, dan tebal. Rambut tipis dari kemaluannya lanjut ke atas ke arah pusarnya. Oh.. Demikian muda dan gagah..

“Tante.. Saya..”

“Gantian Tante, Ang!”

Saya berdiri, menekan badannya dan menjilat-jilati tubuh remaja tersebut. Tangannya yang kuat mengelus mendekapku sekalian menyeka punggungku. Saat kugigit-gigit putingnya, Angga mendesah perlahan-lahan dan rambutku diacak-acaknya. Tanganku secara gampang merasakan penisnya, selanjutnya kukocok perlahan. Sementara itu lidahku mengelana di otot-otot perut Angga.

Sekarang saya sampai pada pusarnya. Lidahku terus bergerak turun dan kulahap puncak tangkai kejantanan Angga. Angga menggeram. Kukulum batangnya dan saya senang dengar Angga terus mendesah.

“Ooohh.. Tante.. Ahh..”

Kucoba untuk menelan lebih dalam, tetapi ukuran penis Angga terlampau besar. Telah waktunya..

“Mari Ang, agar tante ajarin triknya menjadi lelaki..”

Kuajak ia tiduran di lantai, lantas perlahan-lahan saya duduk di perutnya sekalian masukkan pistol Angga ke ‘sarung’-nya, pastikan supaya saya memperoleh kepuasan yang saya ingin.

“Aaahh.. Angga.. Punyai kamuhh.. Besaarr.. Uuhh..”

Saya membelai dadanya, dan memulai bergerak turun-naik. Angga melenguh dan pejamkan mata, menghayati tiap pergerakan yang kubuat.

“Uuuhh.. Eegghh.. Aduhh.. Tidak pernah.. Angga.. Merasakan.. Sedap kaya ginihh..”

Sesudah mulai terlatih dengan ritmeku, Angga buka matanya. Tangannya menggenggam ke-2 payudaraku yang turun naik.

“Tante Nia.. Oohh.. Seksi sekali.. Ahh..”

Dia memerahnya.. Dan sangat terasa nikmat.. Sekarang saya yang meresapi permainan Angga. Tetapi saya selekasnya tersadarkan, ini kali AKU yang hendak memberikan kepuasan Angga. Baca : Narasi Sex Ngentot 2018 Saya Jadi Taruhan Judi Suamiku

Saya percepat pergerakanku, sekalian kadang-kadang memutar-mutar pinggulku.

“Ohh.. Tante.. Terusiinn.. Enaakk.. Aahh.. Mmmhh..”

Tangannya berpindah ke bokongku, coba turut atur ritmeku. Kuberikan apa yang Angga meminta, kujepit batangnya dan saya makin bergoyang mengganas.

“Begini kan.. Ingin kamu, Angghh.. Ehh..”

“Uhh.. Yaa.. Ohh.. Aaagghh.. Kencang bangett.. Mari tante..”

Saya seperti lupa dataran, kepuasan yang kurasa betul-betul membius, dan sesaat lagi.. Tinggal sesaat..

“Tantee.. Oooaagghh!! Oh, yeaahh!!”

“Annggaa.. Aaagghh.. Ohh.. Ohh..”

Saya rasakan kepuasan paling hebat dalam hidupku, bersama dengan ejakulasi Angga. Kami berangkulan, bergulir sementara Angga tetap melanjutkan tikaman penisnya dalam vaginaku, membawaku makin jauh dari dunia ini..

“Ohh.. Anggaa.. Ohh.. Kamu.. Udahh.. Bukan perjaka.. Kembali.. Ahh..”

Dia menciumiku, menganakemaskan payudaraku, membelai-belai rambutku..

Dengan napas yang terengah-engah Angga berbisik di telingaku,

“Duhh.. Tidak nyangkah.. Tante.. Nakal sekali.. Ahh.. Tetapi Angga.. Sukai.. Dinakalin.. Tante.. Ehh.. Kontol Angga masih ngaceng nihh.. ehh.. Ingin Tante apain kembali..?”

Comments are closed.