Publisher Theme
Art is not a luxury, but a necessity.

Cerita Sex Janjian Untuk Bertemu di Kamar Hotel Dan Melakukan Hubungan Intim

Anehnya sejak mulai beberapa hari terakhir tidak ada satu juga pembooking kamar yang memakai nama Shandy. Malamnya dengan membulatkan tekad Yudi mengincar kamar 64 dengan kontribusi sebuah camera penyadap yang sepanjang ini khusus terpasang di dalam kamar 64. Pekerjaannya sudah usai tetapi dia tidak pulang saat sebelum ketahui fenomena yang hendak terjadi di dalam kamar 46. Tetapi sayang sampai jam 23.03 tidak ada satu juga yang ganjil. Yang terlihat hanya nona Primadona yang tidur terselubung selimut tebal dengan napas tidurnya yang halus.

Cersex BergambarJam 23.30 WIB. Mata mengantuk Yudi dikejuti suara ketukan pintu kamar 64. Yudi yang sendiri di ruangan operator itu selekasnya menajamkan semua inderanya. Terlihat nona Primadona terjaga dari tidurnya lantas bangun dari tempat tidur secara terburu-buru. Astaga! Yudi terperanjat saat ketahui nona Primadona cuma kenakan kaos terbuka tanpa BH, dan CD-nya saja. Itu juga berbahan kain yang tipis hingga beberapa bagian yang ‘diamankan’ itu kelihatan terang. Selekasnya dibereskan rambut cepaknya lantas ke arah pintu kamar. Seorang pria tegap berkulit sawo masak berdiri di muka pintu. Primadona kegirangan menyambutnya. Lantas diambilnya lengan sang pemuda dengan manja masuk ke kamar.

‘Aku menantimu lumayan lama, Shandy’ kata nona Primadona merajuk. Ditarik-tariknya kimono selutut Shandy, pemuda itu tersenyum-senyum biarkan nona Primadona melepas penutup badannya. Kimono Shandy telah terlontar ke atas lemari baju. Sekarang dia cuma kenakan CDnya saja. Kejantanannya tersembul seperti ingin berhambur keluar.

‘Aku menyengaja biarkan kau menanti, Primadona. Supaya kau ingin tahu.’ bisik Shandy mengerlingkan mata. Satu kali lagi nona Primadona mencubit pinggang Shandy. Tetapi selanjutnya matanya terpejam bibirnya sedikit direkahkan siap terima kecupan termesra Shandy. Pelan-pelan muka Shandy merunduk. Bibirnya jatuh tutup bibir mengembang nona Primadona. Shandy mengulumnya penuh semangat dan nona Primadona menyambutnya penuh gairah. Di dalam kulumannya lidah Shandy menjilat-jilat lidah Primadona dengan gesitnya. Memagut berulang- kembali bibir seksi nona Primadona. Tangan Shandy menggerayangi isi CD nona Primadona jarinya mengelus dan meremas ke-2 bukit gempal yang padat tersebut. Sedang tangan Primadona meremas – remas punggung Shandy. Kadang-kadang nona Primadona mendesah- desah nikmat saat Shandy nmenghisap-hisap kuat lidahnya.

‘Ehmm.. emm..’ Dari kembali monitor penyadap Yudi terlihat ngiler melihati episode di dalam kamar tersebut. Lidah Shandy sudah telusuri leher nona Primadona dan memberi gigitan-gigitan kecil yang bawa udara hangat menebar ke semua sendi darah nona Primadona. Belum usai kepuasan itu Shandy menyambungnya dengan mngecup kuat-kuat belakang telinga kanan nona Primadona. Mata nona Primadona terpejam-pejam nikmati keelokan yang tidak ada akhir tersebut.

‘Shan.. sehebat inikah geloramu oh.. saya seperti tidak kuat’ desah nona Primadona meremas-remas rambut gondrong Shandy. Shandy hentikan cumbuannya lantas melihat ke mata nona Primadona yang sayu minta-minta. Shandy undur langkah-langkah melihati badan semohlai nona Primadona. Nona Primadona tersenyum memikat permainkan kaos transparannya. Ditarik-tariknya kaos transparannya itu hingga ke-2 payudara sekalnya ada memperlihatkan ke-2 putingnya yang kenyal bikin gemas.

Seringkali Yudi menelan ludah saat nona Primadona melepaskan kaos terbuka itu benar-benar dari badannya. Betul-betul terang kelihatan ke-2 adik nona Primadona yang melambai untuk dibelai dan disayang. Tetapi tidak untuk Shandy. Dia cuma melihatinya dengan tenang. Bahkan juga saat nona Primadona meliuk- liukkan badannya atau menggoyang-goyangkan bahunya hingga ke-2 teteknya terbuncang-guncang liar. Nona Primadona terus berusaha menggairahkan kejantanan Shandy. Menyaksikan tidak ada tanggapan dari Shandy, nona Primadona sedikit kecewa. Sekalian terus menggoyang- goyangkan bahunya ke-2 telapak tangannya menyelusup ke Cdnya. Meremas-remas kemaluannya sendiri. Ini kali kelihatannya Shandy bereaksi. Dia selekasnya dekati nona Primadona. Nona Primadona berlari menghindari, ke- jantanan Shandy makin kepancing melihati ke-2 tetek nona Primadona bergoyang-goyang dengan bebas. Shandy selekasnya menarik lengan nona Primadona dan menghempaskanknnya di kasur yang empuk.

‘Hii.. kamu terangsang ya, Shan?’ Tawa cekikikan nona Primadona makin menambah gelora Shandy melimpah. Selekasnya dipagutnya ke-2 payudara nona Primadona sekalian. Yudi membekap mulutnya karena kaget menyaksikan fenomena yang terjadi. Lubang mulut Shandy mendadak melebar hingga sanggup menelan sekalian ke-2 payudara nona Primadona yang masing-masing sebesar buah kelapa sampai tidak terlihat sama sekalipun. Dan dalam mulut Shandy ke-2 payudara nona Primadona sudah dimanja jilatan-jilatan lidah yang telah memanjang. Seringkali gigi-gigi Shandy yang meruncing menggigit ke-2 puting nona Primadona dengan rakus.

‘Auh.. Shandy teruss.. uh.. ehm’ Kelihatannya nona Primadona tidak mengetahui apa yang terjadi pada ke-2 benda kecintaannya tersebut. Matanya terpejam nikmati kekasaran Shandy pada badannya, di sisi lain tangannya sudah menyelusup masuk ke selangkangan Shandy. Mengelus- elus kejantanan Shandy yang besarnya tidak lumrah. Nona Primadona seolah tidak ingin perduli pada semua keganjilan yang terjadi dalam diri Shandy atau tidak mengetahuinya. Dari depan monitor, Yudi terkencing-kencing melihat badan nona Primadona dijamah oleh makhluk tinggi besar wajahnya pucat menakutkan.

Tetapi terkadang bentuk itu jadi lagi Shandy yang sebelumnya. Pada kondisi memagut-magut ke-2 payudara nona Primadona, tangan Shandy melepas CD nona Primadona secara kasar. Nona Primadona coba melepas CD Shandy, tetapi tiba- datang.. “Kraak..” Sisi depan CD itu sobek diterobos penis Shandy yang makin memanjang. Tangkai penisnya diprediksi capai nyaris 40 senti mengacung- acung membuat nona Primadona terbelalak kegirangan. ‘Kau betul-betul gagah, Shandy!’ Shandy berdiri dari tindihannya. Badan Shandy tiba- datang meninggi sampai capai atap kamar tersebut. Nampaklah secara jelas penis Shandy dalam ukuran tidak lumrah itu memicu nafsu nona Primadona. Nona Primadona bangun dari tempat tidur selanjutnya mengelus-elus penis Shandy yang tempatnya pas di wajahnya. Tanpa rasa takut nona Primadona membelai-belai penis licin itu penuh nafsu. Shandy terlihat mengerjap-ngerjap penuh nikmat.

Mendadak penis itu merah membara seperti arang kebakar api. Nona Primadona terus menciuminya tanpa merasa kepanasan, bahkan juga malah rasa hangat penis Shandy membuat nafsu nona Primadona semakin menjadi. Dan tanpa disuruh oleh Shandy, nona Primadona sudah masukkan penis membara itu ke mulutnya. Dengan sekali hentakan seperempat dari penis panjang itu telah mengeram dalam mulut nona Primadona. Tetapi begitu seramnya Yudi melihat penis membara itu selanjutnya membesar sampai nona Primadona kesusahan untuk mengulumnya. Mata nona Primadona mendelik saat Shandy menghentakkan lagi penis menakutkan itu memaksakan masuk ke rongga mulut nona Primadona. Tetapi beberapa menit selanjutnya seperti menelan permen, penis yang telah seukur pentungan satpam itu terbenam dalam rongga mulut nona Primadona.

‘Ehm.. nyam.. eh..’ Nona Primadona keasikan melumat benda keras dimulutnya dan tangan Shandy memanjang meraih kemaluan nona Primadona. Selanjutnya permainkannya dengan buas. Kuku-kukunya yang tajam kadang-kadang mencederai permukaan selangkangan dan kewanitaan nona Primadona. Tetapi nona Primadona tidak bisa mengeluhkan karena mulutnya tetap dipenuhi penis Shandy. ‘Nikmatkah Primadona, hem? Kau menyenanginya?’ Nona Primadona menggangguk sekalian terus mengigit- gigit gaungs penis Shandy. Tanpa sadar sejam telah nona Primadona nikmati penis membara Shandy. Sperma busuk Shandy seringkali ditelan nona Primadona tanpa rasa jijik. Sudah pasti karena untuk nona Primadona tidak ada yang aneh pada Shandy terkecuali keperkasaannya yang menarik. Baru ini kali nona Primadona yang populer sebagai seorang hypersex merasa kerepotan. Napasnya tersengal- sengal mengincar. Dan cairan kewanitaannya seperti terkuras keluar banjiri lantai tempatnya berdiri.

‘Shandy, saya lelah sekali. Hoh.. kau betul- betul hebat’ Nona Primadona menggelosor kecapaian. Badan imutnya telentang di kasur. Dadanya penuh sesak rasa senang. Tetapi mata Shandy masih liar melihati badan sensual nona Primadona. Badan Shandy yang sudah kembali seperti sebelumnya terkecuali penisnya, menabrak badan nona Primadona selanjutnya menjilat-jilati kewanitaan nona Primadona dengan buas. Lidahnya merayap-rayap menyelusup masuk ke dalam dinding bukit terbelah nona Primadona. Baca : Narasi Sex Ngentot 2018 Saya Dan Kakak Ku

Mengisap-hisap klitoris nona Primadona. Mengisap semua cairan kental yang keluar lubang vagina nona Primadona. Dan ke-2 tanggannya meremas kembali -remas ke-2 payudara nona Primadona. Selanjutnya memerahnya kuat-kuat. Nona Primadona menggelinjang-geliat kesakitan tetapi nikmat, tangannya menarik- narik selimut tidur yang berada di sebelahnya.

‘Shandy.. oah.. terus say.. sangat nikmat..’ Sepanjang nyaris dua jam Shandy mengorbitkan harapan nona Primadona. Kewanitaan dan payudara nona Primadona seperti ingin meletus. Tiba- datang Shandy menyeret ke-2 kaki nona Primadona sampai menginjak di lantai. Dan secara gampangnya Shandy masukkan penisnya yang membara ke lubang kewanitaan nona Primadona.

‘Waa..’ teriak nona Primadona sekerasnya. Penis sebesar pentungan satpam itu menancap di lubang kewanitaan nona Primadona. Shandy terus mendorongnya ke sampai keseluruhnya tangkai penis itu masuk ke dalam dalamnya. Pantat Shandy bergoyang-goyang. Nona Primadona bergelinjangan meredam gelombang kepuasan yang maha dasyat dari Shandy. Dia menangis merengek nikmati sikatan-sodokan kejantanan Shandy yang seperti tanpa capek. Yudi yang sudah tidak tahan kembali rasakan mual yang sangat. ‘Hueek..’

Tidak dapat ditahan Yudi muntah- muntah di ruangan operator tersebut. Karena demikian terkejutnya saat mendadak muka Shandy yang pucat sudah melekat di monitor lantas menyeringai menunjukkan gigi-giginya yang lancip. Saat itu juga itu juga Yudi jatuh tidak sadarkan diri di ruang tersebut.

 

Anehnya sejak mulai beberapa hari terakhir tidak ada satu juga pembooking kamar yang memakai nama Shandy. Malamnya dengan membulatkan tekad Yudi mengincar kamar 64 dengan kontribusi sebuah camera penyadap yang sepanjang ini khusus terpasang di dalam kamar 64. Pekerjaannya sudah usai tetapi dia tidak pulang saat sebelum ketahui fenomena yang hendak terjadi di dalam kamar 46. Tetapi sayang sampai jam 23.03 tidak ada satu juga yang ganjil. Yang terlihat hanya nona Primadona yang tidur terselubung selimut tebal dengan napas tidurnya yang halus.

Jam 23.30 WIB. Mata mengantuk Yudi dikejuti suara ketukan pintu kamar 64. Yudi yang sendiri di ruangan operator itu selekasnya menajamkan semua inderanya. Terlihat nona Primadona terjaga dari tidurnya lantas bangun dari tempat tidur secara terburu-buru. Astaga! Yudi terperanjat saat ketahui nona Primadona cuma kenakan kaos terbuka tanpa BH, dan CD-nya saja. Itu juga berbahan kain yang tipis hingga beberapa bagian yang ‘diamankan’ itu kelihatan terang. Selekasnya dibereskan rambut cepaknya lantas ke arah pintu kamar. Seorang pria tegap berkulit sawo masak berdiri di muka pintu. Primadona kegirangan menyambutnya. Lantas diambilnya lengan sang pemuda dengan manja masuk ke kamar.

‘Aku menantimu lumayan lama, Shandy’ kata nona Primadona merajuk. Ditarik-tariknya kimono selutut Shandy, pemuda itu tersenyum-senyum biarkan nona Primadona melepas penutup badannya. Kimono Shandy telah terlontar ke atas lemari baju. Sekarang dia cuma kenakan CDnya saja. Kejantanannya tersembul seperti ingin berhambur keluar.

‘Aku menyengaja biarkan kau menanti, Primadona. Supaya kau ingin tahu.’ bisik Shandy mengerlingkan mata. Satu kali lagi nona Primadona mencubit pinggang Shandy. Tetapi selanjutnya matanya terpejam bibirnya sedikit direkahkan siap terima kecupan termesra Shandy. Pelan-pelan muka Shandy merunduk. Bibirnya jatuh tutup bibir mengembang nona Primadona. Shandy mengulumnya penuh semangat dan nona Primadona menyambutnya penuh gairah. Di dalam kulumannya lidah Shandy menjilat-jilat lidah Primadona dengan gesitnya. Memagut berulang- kembali bibir seksi nona Primadona. Tangan Shandy menggerayangi isi CD nona Primadona jarinya mengelus dan meremas ke-2 bukit gempal yang padat tersebut. Sedang tangan Primadona meremas – remas punggung Shandy. Kadang-kadang nona Primadona mendesah- desah nikmat saat Shandy nmenghisap-hisap kuat lidahnya.

‘Ehmm.. emm..’ Dari kembali monitor penyadap Yudi terlihat ngiler melihati episode di dalam kamar tersebut. Lidah Shandy sudah telusuri leher nona Primadona dan memberi gigitan-gigitan kecil yang bawa udara hangat menebar ke semua sendi darah nona Primadona. Belum usai kepuasan itu Shandy menyambungnya dengan mngecup kuat-kuat belakang telinga kanan nona Primadona. Mata nona Primadona terpejam-pejam nikmati keelokan yang tidak ada akhir tersebut.

‘Shan.. sehebat inikah geloramu oh.. saya seperti tidak kuat’ desah nona Primadona meremas-remas rambut gondrong Shandy. Shandy hentikan cumbuannya lantas melihat ke mata nona Primadona yang sayu minta-minta. Shandy undur langkah-langkah melihati badan semohlai nona Primadona. Nona Primadona tersenyum memikat permainkan kaos transparannya. Ditarik-tariknya kaos transparannya itu hingga ke-2 payudara sekalnya ada memperlihatkan ke-2 putingnya yang kenyal bikin gemas.

Seringkali Yudi menelan ludah saat nona Primadona melepaskan kaos terbuka itu benar-benar dari badannya. Betul-betul terang kelihatan ke-2 adik nona Primadona yang melambai untuk dibelai dan disayang. Tetapi tidak untuk Shandy. Dia cuma melihatinya dengan tenang. Bahkan juga saat nona Primadona meliuk- liukkan badannya atau menggoyang-goyangkan bahunya hingga ke-2 teteknya terbuncang-guncang liar. Nona Primadona terus berusaha menggairahkan kejantanan Shandy. Menyaksikan tidak ada tanggapan dari Shandy, nona Primadona sedikit kecewa. Sekalian terus menggoyang- goyangkan bahunya ke-2 telapak tangannya menyelusup ke Cdnya. Meremas-remas kemaluannya sendiri. Ini kali kelihatannya Shandy bereaksi. Dia selekasnya dekati nona Primadona. Nona Primadona berlari menghindari, ke- jantanan Shandy makin kepancing melihati ke-2 tetek nona Primadona bergoyang-goyang dengan bebas. Shandy selekasnya menarik lengan nona Primadona dan menghempaskanknnya di kasur yang empuk.

‘Hii.. kamu terangsang ya, Shan?’ Tawa cekikikan nona Primadona makin menambah gelora Shandy melimpah. Selekasnya dipagutnya ke-2 payudara nona Primadona sekalian. Yudi membekap mulutnya karena kaget menyaksikan fenomena yang terjadi. Lubang mulut Shandy mendadak melebar hingga sanggup menelan sekalian ke-2 payudara nona Primadona yang masing-masing sebesar buah kelapa sampai tidak terlihat sama sekalipun. Dan dalam mulut Shandy ke-2 payudara nona Primadona sudah dimanja jilatan-jilatan lidah yang telah memanjang. Seringkali gigi-gigi Shandy yang meruncing menggigit ke-2 puting nona Primadona dengan rakus.

‘Auh.. Shandy teruss.. uh.. ehm’ Kelihatannya nona Primadona tidak mengetahui apa yang terjadi pada ke-2 benda kecintaannya tersebut. Matanya terpejam nikmati kekasaran Shandy pada badannya, di sisi lain tangannya sudah menyelusup masuk ke selangkangan Shandy. Mengelus- elus kejantanan Shandy yang besarnya tidak lumrah. Nona Primadona seolah tidak ingin perduli pada semua keganjilan yang terjadi dalam diri Shandy atau tidak mengetahuinya. Dari depan monitor, Yudi terkencing-kencing melihat badan nona Primadona dijamah oleh makhluk tinggi besar wajahnya pucat menakutkan.

Tetapi terkadang bentuk itu jadi lagi Shandy yang sebelumnya. Pada kondisi memagut-magut ke-2 payudara nona Primadona, tangan Shandy melepas CD nona Primadona secara kasar. Nona Primadona coba melepas CD Shandy, tetapi tiba- datang.. “Kraak..” Sisi depan CD itu sobek diterobos penis Shandy yang makin memanjang. Tangkai penisnya diprediksi capai nyaris 40 senti mengacung- acung membuat nona Primadona terbelalak kegirangan. ‘Kau betul-betul gagah, Shandy!’ Shandy berdiri dari tindihannya. Badan Shandy tiba- datang meninggi sampai capai atap kamar tersebut. Nampaklah secara jelas penis Shandy dalam ukuran tidak lumrah itu memicu nafsu nona Primadona. Nona Primadona bangun dari tempat tidur selanjutnya mengelus-elus penis Shandy yang tempatnya pas di wajahnya. Tanpa rasa takut nona Primadona membelai-belai penis licin itu penuh nafsu. Shandy terlihat mengerjap-ngerjap penuh nikmat.

Mendadak penis itu merah membara seperti arang kebakar api. Nona Primadona terus menciuminya tanpa merasa kepanasan, bahkan juga malah rasa hangat penis Shandy membuat nafsu nona Primadona semakin menjadi. Dan tanpa disuruh oleh Shandy, nona Primadona sudah masukkan penis membara itu ke mulutnya. Dengan sekali hentakan seperempat dari penis panjang itu telah mengeram dalam mulut nona Primadona. Tetapi begitu seramnya Yudi melihat penis membara itu selanjutnya membesar sampai nona Primadona kesusahan untuk mengulumnya. Mata nona Primadona mendelik saat Shandy menghentakkan lagi penis menakutkan itu memaksakan masuk ke rongga mulut nona Primadona. Tetapi beberapa menit selanjutnya seperti menelan permen, penis yang telah seukur pentungan satpam itu terbenam dalam rongga mulut nona Primadona.

‘Ehm.. nyam.. eh..’ Nona Primadona keasikan melumat benda keras dimulutnya dan tangan Shandy memanjang meraih kemaluan nona Primadona. Selanjutnya permainkannya dengan buas. Kuku-kukunya yang tajam kadang-kadang mencederai permukaan selangkangan dan kewanitaan nona Primadona. Tetapi nona Primadona tidak bisa mengeluhkan karena mulutnya tetap dipenuhi penis Shandy. ‘Nikmatkah Primadona, hem? Kau menyenanginya?’ Nona Primadona menggangguk sekalian terus mengigit- gigit gaungs penis Shandy. Tanpa sadar sejam telah nona Primadona nikmati penis membara Shandy. Sperma busuk Shandy seringkali ditelan nona Primadona tanpa rasa jijik. Sudah pasti karena untuk nona Primadona tidak ada yang aneh pada Shandy terkecuali keperkasaannya yang menarik. Baru ini kali nona Primadona yang populer sebagai seorang hypersex merasa kerepotan. Napasnya tersengal- sengal mengincar. Dan cairan kewanitaannya seperti terkuras keluar banjiri lantai tempatnya berdiri.

‘Shandy, saya lelah sekali. Hoh.. kau betul- betul hebat’ Nona Primadona menggelosor kecapaian. Badan imutnya telentang di kasur. Dadanya penuh sesak rasa senang. Tetapi mata Shandy masih liar melihati badan sensual nona Primadona. Badan Shandy yang sudah kembali seperti sebelumnya terkecuali penisnya, menabrak badan nona Primadona selanjutnya menjilat-jilati kewanitaan nona Primadona dengan buas. Lidahnya merayap-rayap menyelusup masuk ke dalam dinding bukit terbelah nona Primadona. Baca : Narasi Sex Ngentot 2018 Saya Dan Kakak Ku

Mengisap-hisap klitoris nona Primadona. Mengisap semua cairan kental yang keluar lubang vagina nona Primadona. Dan ke-2 tanggannya meremas kembali -remas ke-2 payudara nona Primadona. Selanjutnya memerahnya kuat-kuat. Nona Primadona menggelinjang-geliat kesakitan tetapi nikmat, tangannya menarik- narik selimut tidur yang berada di sebelahnya.

‘Shandy.. oah.. terus say.. sangat nikmat..’ Sepanjang nyaris dua jam Shandy mengorbitkan harapan nona Primadona. Kewanitaan dan payudara nona Primadona seperti ingin meletus. Tiba- datang Shandy menyeret ke-2 kaki nona Primadona sampai menginjak di lantai. Dan secara gampangnya Shandy masukkan penisnya yang membara ke lubang kewanitaan nona Primadona.

‘Waa..’ teriak nona Primadona sekerasnya. Penis sebesar pentungan satpam itu menancap di lubang kewanitaan nona Primadona. Shandy terus mendorongnya ke sampai keseluruhnya tangkai penis itu masuk ke dalam dalamnya. Pantat Shandy bergoyang-goyang. Nona Primadona bergelinjangan meredam gelombang kepuasan yang maha dasyat dari Shandy. Dia menangis merengek nikmati sikatan-sodokan kejantanan Shandy yang seperti tanpa capek. Yudi yang sudah tidak tahan kembali rasakan mual yang sangat. ‘Hueek..’

Tidak dapat ditahan Yudi muntah- muntah di ruangan operator tersebut. Karena demikian terkejutnya saat mendadak muka Shandy yang pucat sudah melekat di monitor lantas menyeringai menunjukkan gigi-giginya yang lancip. Saat itu juga itu juga Yudi jatuh tidak sadarkan diri di ruang tersebut.

Comments are closed.