Cerita Sex Hubungan Terlarang Bersama Pemilik Warnet
Saya masuk, disongsong dengan seorang gadis yang rupanya ialah yang bekerja jaga warnet itu. Awalnya saya tidak demikian memerhatikannya, sehubungan hatiku kembali kecewa sekali sama tingkah sang John barusan. Tetapi saat saya mulai mengeklik mouse dan sedang menanti connect-nya internet, baru saya lihat jika gadis penjaga ini punyai muka lumayan dan bodi yang oke . Terang-terangan, waktu itu saya terpikat oleh performanya, saya jatuh cinta pada “the way she look”.
Cersex Bergambar – Saya repot berpikiran dalam hati, bagaimanakah cara saya kenalan dengannya? Tetapi mungkin memang takdir langkah itu tiba sendirinya, gadis itu selang beberapa saat buka internet dan ia duduk sama persis di belakangku, menjadi posisi kami sama-sama memunggungi keduanya. Saya sebelumnya sempat melihat ke belakang, dan kusaksikan ia buka situs “mIRC”.
“Sepertinya ia ingin chatting nih..,” pikirku.
Rupanya betul, ia ingin chatting, dan saya sebelumnya sempat menyaksikan jika ia pakai “nick” santhie. Langsung saya masuk ke dalam “mIRC” , saya call ia, eeh ia nge-reply.
Narasi seks, narasi seks 2018, narasi seks terkini 2018, narasi seks igo, narasi seks serong, narasi seks sedarah, narasi seks setubuhian, narasi seks perawan, narasi seks 2018 terupdate, narasi dewasa igo, narasi ngentot terkomplet.
Kami kenalan, dan sepanjang chatting itulah benar-benar tidak sadar jika Satrio yang bercakap dengannya ialah cowok yang duduk pas ada berada di belakangnya, hihihihi. Cocok sejam saya usai, saya bayar, saya pancing percakapan dengannya, saya tahu saat ini namanya “Santi”, persisnya “IrSanti”. Gantenggnya betul-betul membuat saya bernafsu.
Saya lantas keluar, pergi ke bengkel menjumpai sang John, mobilnya sedang ditangani. Saya pergi ke telephone kartu di bengkel itu, kutelepon pencahayaan “108”. Kutanyakan nomor telephone warnet itu, sesudah kudapat langsung kutelepon, dan saya meminta berbicara dengan Santi.
“Siapa nih..?” suara Santi di seberang sana.
“Ini Satrio, bisa saya mengenal kamu..?” jawabku.
“Bisa saja, tetapi kamu bisa nomor ini darimanakah..?” bertanya Santi kembali.
“Saya yang dulu pernah bermain di warnet kamu..,” jawabku.
Dan Oh My God..! Tahu tidak Santi katakan apa..?
“Kamu tadi chatting ada di belakang saya khan..?” ucapnya.
Mati saya, ia sudah mengetahui ternyata. Telanjur malu saya akui saja, jika itu betul saya, dan saya kagum oleh performa ia, tetapi saya malu untuk menyapa disitu, menjadi saya gunakan langkah ini saja.
Santi ketawa, sedap dech suaranya, kuberanikan saja ingin jemput ia, ingin atau mungkin tidak. Ucapnya ia sore hari ini tidak dapat, karena cowoknya (yang pada akhirnya kuketahui namanya Syaiful) jemput ia.
“Bagaimana jika esok lusa saja..?” ucapnya.
“Oke saja..” kataku.
Jadilah lusanya saya tidak praktik, jam 17.00 pas saya telah tiba di warnet Santi. Kami jalan terus dech. Di jalan, dasar pikiran nakalku telah di ubun-ubun, saya bertanya telah berapakah lama Santi berpacaran sama Syaiful, berapakah kali berpacaran, paling akhir saya akui telah mempunyai gadis, terus saya bertanya ingin tidak Santi menjadi gadisku? Santi terkejut.
“Jadi Santi ngeduain Syaiful dong Yo..?” tanyanya.
“Iya sama Satrio ngeduain gadis Satrio..” jawabku sekenanya.
“Nakal kamu Yo..” kata Santi sekalian mencubit lenganku.
“Naaah.., terkena nih gadis..!” pikirku.
Kutangkap tangannya, kupegang kuat, kuhentikan mobilku di muka sebuah bangunan sepi dekat Pasaraya Manggarai, kutarik Santi ke arahku, kucium bibirnya, Santi menggerakkan badanku.
“Hhhmmmhh malu kucing nih..” pikirku.
Terus kutarik badannya sekalian keluarkan kata-kata gombalku. Lama-lama Santi tidak menampik kembali, dibalasnya kecupanku, dijulurkannya lidahnya, digigitnya bibirku, kusedot lidahnya, sangat nikmat, urat syarafku terangsang. Kuraba pahanya, langsung ke selangkangannya, Santi mendesah.
“Jangan Satrio..” desahnya.
Saya stop, kuhidupkan mesin mobil, kuarahkan mobil ke hotel XXX di jalan XXX Bandung sisi Pusat, saya segera parkir.
“Ingin ngapain kita ke sini Yo..?” bertanya Santi.
Saya tidak menjawab, kusuruh ia menanti di mobil, saya masuk ke, saya cek in di dalam kamar 104.
Sesudah diantarkan ke kamar, kuhidupkan AC, lantas saya ke mobil.
“Yan, turun yuuk..!” kataku.
“Tidak tahu ah, ingin ngapain sich Satrio..?” kata Santi.
Kembali lagi kukeluarkan jurus mautku, hingga kemudian Santi ingin ikut juga masuk ke dalam kamar. Dalam kamar kubuka celana panjangku. Dengan gunakan handuk saya ke kamar mandi, saat saya keluar kusaksikan Santi sedang menonton TV.
“Film apa sich Yan..?” tanyaku sekalian duduk di sampingnya.
“Film sinetron..,” jawab Santi pendek.
Kupandangi mukanya, Santi jemu dan katakan, “Ngapain sich melihatin begitu Yo..?”
“Kamu elok..” rayuku.
“Satrio ingin kecupan seperti barusan dech..” kataku.
Kutarik badannya, Santi diam saja, kuangkat dagunya, kupandangi lekat-lekat matanya, kucium halus bibirnya, Santi pejamkan matanya. Dibalasnya kecupanku, kujulurkan lidahku, Santi membalas, kuhisap, Santi membalas. Pikiranku betul-betul telah terkuasai nafsu mencapai puncak, kuciumi lehernya, kujilati sepuasku.
“Aaacchh.., Satriooo…” desahan Santi membuatku tambah bergairah.
Saya berdiri dari sisi tempat tidur sekalian tidak lepas melihat mukanya sedikitpun.
Kubuka bajuku, handuk, paling akhir celana dalamku, menyengaja tidak kupadamkan lampu, penisku langsung “tegak-melompat” keluar “sarangnya”. Kusaksikan Santi terpana, kuhampiri ia, kuraih tangannya, kuletakkan di atas penisku, kusuruh ia lakukan pergerakan “mengocak”.
“Aaahhh sangat nikmat..” desahku.
15 menit Santi lakukan itu, kulepaskan tangannya dari penisku, kutarik mukanya, kuarahkan ke penisku. Sebelumnya Santi menampik, dengan sedikit desakan ingin ia. Masuk penisku dalam mulut imutnya. Digerakkannya mundur-maju berkali-kali sampai basah kuyup penisku oleh ludahnya, kurasakan spermaku ingin keluar, kutarik rambutnya.
“Setop Santi..!” kataku.
Sekarang kubaringkan ia, kutelanjangi Santi sampai satu helai benang juga tidak lagi ada di badannya. Kupandangi badannya, terlihat di perut kirinya ada tahi lalat lumayan besar. Kucium bibirnya, dagunya, turun ke lehernya, dadanya, perutnya, kuhisap pusar dan tahi lalatnya, Santi menggeliat geli. Kuteruskan ke selangkangannya, kumasukkan jemari tengahku sekalian saya terus mencium selangkangannya.
“Aaaccchhh Riiiooo niiikkkmaaatnyaaa sayaaanggg…” desah Santi.
Santi mengusung bokongnya setingginya, kurasakan basah vaginanya. Santi sudah orgasme ternyata. Sekarang saya naiki badan Santi, penisku juga telah sangat berdenyut mengidamkan pemuasan juga. Kuarahkan penisku ke vagina Santi, kuturunkan perlahan-lahan pinggulku, tidak sedetikpun kulepaskan pandanganku dari mata Santi. Kusaksikan Santi menggigit bibirnya.
“Sakiiittt Riiiooo…” desahnya.
Kuhentikan sesaat, lantas kuteruskan kembali, Santi mendesis kembali. Kusaksikan butiran air mata disebelah matanya.
“Sakit saayyyaangg..?” tanyaku.
“Iyyaaa Riiiooo, punyai kamu besar sekali..” jawab Santi meracau.
“Mana besar sama punyai Syaiful..?” tanyaku.
“Besar punyai kamu Satriooo… sakit saaayyyaangghhh, perrriiihhh, tapiii niiikmaaatthh sekaliii..” rintih Santi.
Pada akhirnya masuk semua penisku ke vaginanya. Kutarik mundur-maju, mengakibatkan benar-benar hebat, Santi menggeram, ke-2 kakinya menjepit pinggangku sekerasnya, giginya dimasukkan di bahuku, kurasakan pedih. Waaaahhh berdarah nih… Santi orgasme ke-2 kalinya.
Sekarang kuganti posisiku, Santi kusuruh menungging, dan dengan gairah mencapai puncak kutusukkan penisku ke anusnya, kurasakan otot “spchincter ani”-nya mencengkeram kuat penisku. Kugerakkan keluar-masuk penisku, kugenggam payudaranya, Santi memegang pinggir tempat tidur.
“Riiooo… saaayyyaanngghh… ciiintaaa… eeennnaaakkhhh… Riioooo.. Satrioooo… nikmaaatthh sayaaaanggghh… terrruuussshhh cinnntaaaa…” erang Santi terus-terusan.
Saya betul-betul nikmat, “Yaaanntiii kuhamili kamuuuu… tubuh kamuuu sedap bangeeettthh..” erangku .
10 menit selanjutnya saya tidak kuat kembali, penisku berdenyut kuat, kucengkram kuat pinggul Santi, kusemburkan sperma hangatku dalam vagina Santi.
“Aaacchhh nikmat sekali…” desahku di telinganya.
Kami juga terkulai lemas.
Kemudian seringkali kami mengulangnya di hotel “xxx” dekat kantor Santi. Saat ini Santi sudah menikah dengan Syaiful. Kami tetap terkait melalui telephone. Mudah-mudahan kamu baca cerita kita ini Santi. Satrio sayang kamu selalu.
Comments are closed.