Cerita Sex Hubungan Intim Tukang Jamu Dapat Jatah
Yah, wajarlah, Mas Bram itu karyawan negeri dilingkup Diknas, dan Mbak Is, istrinya guru SD, yang selalu repot mengajarkan . Maka, aku juga mulai terlatih jaga gerai sembako tersebut. Langgananku banyak, dimulai dari yang tua sampai beberapa anak. Masalahnya, selainnya sembako, sekarang gerai itu berisi beragam kepentingan setiap hari. Dasarnya komplet dech. Kakakku juga memujiku, masalahnya semenjak saya yang mengurus, gerai itu menjadi maju, walau sebenarnya saya baru enam bulan disana.
Cersex Bergambar – Eh, narasi ini bermula saat saya mulai rasakan kecapaian mengurus dagangan. Apalagi kiosnya telah diperbesar. Dan saya cuma ditolong oleh Nurce, pembantu rumah tangga kakakku, gadis 19 tahun yang asli Kupang tersebut.
“Wah, saya pegel-pegel nih Nur.., meminum obat apa ya yang baik..?” tanyaku pada Nurce sesuatu siang.
Nurce tidak segera menjawab. Ia masih repot mengatur bingkisan Pepsodent ke rack pajangan.
“Ngg apa Kak.., Kakak pegel-pegel..?” Nurce kembali menanyakan.
Memang anak itu selalu panggilku dengan panggilan kakak, cukup santun kok.
“Saya tahu tukang jamu yang baik Kak, dapat diundang kembali. Jika ingin, esok saya panggilkan dech,” jawabannya.
“Kok tukang jamu sich Nur..? Memang manjur..?” tanyaku.
“Benar Kak, bagus sekali kok manfaatnya, dan banyak yang berlangganan. Popoknya Kakak saksikan saja esok.”
Nurce kembali repot dengan bingkisan Pepsodent yang masih belum habis teratur.
Satu hari juga berlalu. Dan, benar saja kata Nurce, pagi itu saya kehadiran tamu. Namanya Mbak Sri, umurnya sekitaran 30-35 tahunlah. Gunakan kebaya ciri khas tukang jamu gendong, ketat dan memperlihatkan lekukan badan yang benar-benar seksi dan kelihatan sintal.
“Selamat pagi Mass,” Mbak Sri sedikit mengagetkanku di muka pintu gerai.
“Oh.., pagi Mbak.., ada apakah ya..?” tanyaku sekalian mengatur karungan beras yang baru kuatur.
“Ini tentu Mas Jimmy ya..? Ini lho, saya Mbak Sri. Saya disuruh Nurce tiba ke sini, ucapnya Mas Jimmy-nya ingin nyobain Jamu pegelnya Mbak Sri,” jawabannya.
“Ini ada jamu pegel dan jamu kuatnya sekaligus Mas. Agar Mas Jimmy tambah segar dan gagah,” ucapnya sekalian langsung mengolah jamu bagiku, tanpa biarkan saya berbicara dahulu.
“Iya dech Mbak coba buatkan..,” kataku.
Wah, saat mengolah jamuku itu, Mbak Sri duduknya jongkok di depanku yang duduk di bangku. Terang saja mataku bisa menyaksikan sempurnanya gundukan di dada Mbak Sri. Mungkin jika digunakan Bra, ukuran 36 ataupun lebih, kelihatan kuning langsat dan fresh, seperti jamunya. Saya terus nikmati panorama itu sekalian berangan-angan mengenai anggota badan yang lain punya Mbak Sri.
“Nach.., ini Mas, dicobanya dahulu jamunya,” Mbak Sri membuatku terkejut kembali sekalian memberikan satu gelas jamunya.
Saya sebelumnya sempat terkesima saat menyaksikan muka Mbak Sri dari jarak dekat, betul-betul mulus. Rasanya tidak patut dech sang Mbak dapat pekerjaan semacam ini, lebih patut menjadi istri petinggi.
“Ngmm.. sang Nurcenya di mana Mbak..?” saya berpura-pura menanyakan sekalian terima gelas jamu yang diberikan.
“Oh.. barusan langsung ke pasar. Ucapnya ingin berbelanja buat masak menu makan siang,” jawab Mbak Sri.
Aku juga langsung menengguk jamunya. Glek..glek..glek.. “Ahh.. cukup pahit nih Mbak..”
Kukembalikan gelas jamu tersebut. Lantas Mbak Sri tuangkan kombinasi gula merah pembasmi pahit dan secara langsung kutenggak.
“Bagaimana..? Sudah lenyap to pahitnya Mas..?” kata Mbak Sri sekalian coba mengikat lagi kain penggendong jamu, Mbak Sri memberitahu biayanya.
“Semua tiga ribu Mas, murah dan meriah,” ucapnya.
Kubayar dengan pecahan lima beberapa ribu.
“Kembaliannya mengambil saja Mbak.., jamunya sedap,” kataku.
Mbak Sri mengucapkan terima kasih, tetapi tidak segera pergi.
“Mas.., tolong angkatkan tempat jamu ini ke punggung saya ya..” pintanya.
Duh.., peluang nih, saya segera berpikiran ngeres untuk menyaksikan bukit di dada Mbak Sri dari belakang.
“Ohh.. dengan suka hati Mbak..,” kataku.
Perlahan-lahan kuangkat tempat jamu yang cukup berat itu, lantas saya coba menempatkan pada lipatan kain di punggung Mbak Sri. Dan, mataku jelalatan ke dadanya. Wah, sang Mbak tidak tahu jika dadanya kembali dilihat. Satu kali lagi saya menarik napas saat menyaksikan gundukan daging di dada Mbak Sri.
“Telah Mas..?”
Saya benar-benar terkejut dengar suara Mbak Sri, dan tanpa sadar badanku justru tersaru di depan sampai kemaluanku yang telah merekah dibalik celana sentuh bokong Mbak Sri. Duhai.. halus sekali anggota badan Mbak Sri tersebut.
“Eh.., maaf Mbak..,” cuma itu kataku.
“Tidak apa kok,” jawabannya, lantas meninggalkanku di gerai sendiri.
Selang beberapa saat Nurce pulang dari pasar dengan belanjaan yang cukup banyak.
“Kak Jim.. tolong dong..!” teriaknya waktu baru turun dari angkot.
Saya segera ke arahnya dan menolongnya mengusung belanjaan.
“Apa saja sich ini Nur..? Kok berat sekali..?”
“Ya belanjaan Kak.., buat satu minggu sekaligus agar tidak bolak-balik pasar,” jawab Nurce.
Sesudah membuat belanjaan di almari es, kami lantas kembali lagi ke gerai.
“Bagaimana Kak, Mbak Sri telah tiba..?” bertanya Nurce.
“Sudah..,” jawabku.
“Wah, sudah segar donk minum jamunya Mbak Sri..,”
“He-eh..,”
Mendadak, entahlah kenapa saya merasa ada getaran aneh waktu saya melihat Nurce yang jongkok mengatur rack pajangan. Saya menjadi ingat bokongnya Mbak Sri. Apalagi Nurce gunakan celana pendek kolor, wah saya betul-betul merasa ada getaran aneh nih. Elok pembantu kakakku ini, badannya yang cukup gede dengan rambut panjang dan hitam dan kulit sawo masak tetapi bersih. Huhh.., saya tertarik.
“Eh.. Nur.., dapat pijetin Kakak tidak? Rasanya baru siip nih jika setelah minum jamu dipijitin,” kataku.
“Sesaat ya Kak, saya beresin ini dahulu,” jawab Nurce tanpa melihatku.
Saya bangun dan dekatinya, “Telah dech, itunya kelak saja, lagian sudah siang dan kiosnya kan sesaat lagi tutup,” kataku sekalian tarik tangan Nurce. Nurce juga mengikuti ajakanku.
“Di mana pijitnya Kak..?” Nurce menanyakan.
“Di dalam kamar Kakak saja ya,” jawabku sekalian terus menariknya ke kamarku yang tempatnya pas ada di belakang gerai.
Setiba di dalam kamar, saya segera membuka semua bajuku, tinggal CD saja. Dan, Nurce juga tidak enggan-segan kembali langsung mejijitiku dengan lotion. Nurce benar-benar sangat dekat denganku, mungkin telah menganggapku sebagai kakaknya, begitu saya. Tetapi entahlah, ini hari saya betul-betul ingin bercinta dengannya. Apa karena oengaruh jamu ya..? Saya tiduran terlentang dan Nurce memijiti kakiku.
“Wah.., semakin lama kok panas ya Kak udaranya..?” kata Nurce yang tetap memijiti kakiku.
“Panas ya Nur..? Wah.., mana kipasnya rusak kembali. Ya sudah, kamu membuka pakaian saja seperti kakak, tidak apapun kok,” jawabku sekenanya.
Muka Nurce memeras, “Ah, Kakak.. Nurce kan malu jika telanjang,” ucapnya tersipu.
“Begini saja Nur.. tidak perlu dibuka semua.. tempatin BH sama CD kamu,” kataku sambil menolongnya buka pakaian dan celananya.
Nurce mungkin benar-benar risi, tetapi tidak berani menampik. Karena mungkin saya adik majikannya kali ya. Uppss.., begitu cantik sisi dada Nurce jika tidak ada pakaiannya. Wah, mataku semakin liar menyaksikan daging tebal tertutup CD di selangkangan Nurce. Mulus nih anak.
“Nach, sedap kan..? Terusin dech pijitin Kakak. Saat ini cukup ke atas ya Nur..! Sisi paha,” pintaku.
“Iya dech Kak.. tetapi jangan narasi siapa saja jika Nurce telanjang begini di muka Kakak ya,” ucapnya.
Nurce memijitiku lagi pada bagian paha. Nach, ini kali saya betul-betul terangsang nih. Kemaluanku sangat tegang.
Saya lantas bangun dan kupegang tangan Nurce, “Giliran ya Nur, kamu Kakak pijitin,” pintaku pada Nurce.
Nurce terkejut, tetapi tidak bisa menampik permintaanku. Ia juga kubaringkan terlentang di atas kasurku. Saya mulai mengolesi kakinya dengan lition, lantas naik ke betis dan paha. Demikian berkali-kali.
Nurce pejamkan matanya, mungkin malu. Tetapi saya percaya Nurce nikmati pijatanku. Saya mulai membulatkan tekad lama-lama menyeka-usap pahanya, dan jari-jariku mulai nakal menggerayangi selangkangan paha sisi dalam Nurce.
“Uhh Kak, geli Kak..,” kata Nurce sambil memegang tanganku.
“Tidak apapun Nur, hanya sesaat..,” jawabku.
Saya telah makin tegang. Sekarang pijatan kualihkan ke badannya. Awalannya cuma sisi perut, lantas menyebar sampai belahan dada.
“Kak.. ihh.., geliih Kak..,” Nurce sedikit berteriak sekalian ingin bangun, tetapi badannya kutahan dengan 2 tanganku di bahunya.
“Nur.., hmm.., kamu elok Nur..,” kataku, dan saya segera menangkap bibirnya yang ranum.
“Emnngff.., Kak Jim.., ehmff.. ja.. nghann.. Kak..!” Nurce coba berontak, tetapi saya semakin kuat.
BH dan CD-nya secara cepat luruh pada tanganku. Sekarang Nurce bugil sama sekalipun. Saya terus menghujani badannya dengan kecupan, sampai Nurce tidak sanggup menantang kembali dan cuma menangis. Sesaat kuhentikan kekasaranku.
“Kamu mengapa Nur..? Kamu tidak sukai ya..?” tanyaku.
“Kak.. Nurce takut Kak..,” isak tangis Nurce mulai mengeras.
“Usstt.., tidak apapun sayang, Kak Jim cinta kamu,” rayuku.
Dengar rayuanku itu Nurce seolah terhipnotis, hingga saat saya mulai lakukan lagi cumbuanku, Nurce diam saja dan menikmatinya. Jilatan-jilatan kuberikan disekitaran payudaranya sampai puting susunya mengembang memeras.
“Hnngg.., sstt Kak, ohh..!” Nurce mulai mendesah-desah.
Kepalaku mulai turun ke kemaluan Nurce, dan jilatanku menimpa lagi belahan vaginanya. Astaga, sangat indah kemaluan Nurce, aku pikir tentulah masih perawan. Bulu-bulu lembut disekitaran kemaluannya menyebarkan wewangian yang benar-benar ciri khas, membuatku makin liar menjilat-jilati. Kujilati terus bibir kemaluannya dan klitorisnya kuberi gigitan kecil, sampai Nurce tergelinjang.
“Aduuhh ss.., Kakhh..!” jerit Nurce ketahan.
Sekarang kubuka CD-ku dan memampangkan penisku yang telah mengembang dengan panjang 17 cm di depan Nurce. Nurce melihati penisku dengan takjub.
“Ihh besar ya Kak..? Itu kelak diapain sich Kak..?” polos sekali pertanyaan Nurce.
Saya menjadi percaya jika ia masih perawan.
“Tenang ya Nur, ini kelak menjadi sedap di pepeknya kamu. Saat ini kamu diam dan cicipin ya..!” kataku. Baca : Narasi Sex Dewasa Enaknya Dientot Sama Kontol Besar
Kembali kurebahkan badan Nurce terlentang. Sekarang kucoba lelepkan penisku ke vaginanya.
“Akhh.., kok sakit Kak..?”
“Tenang sayang, ini sedap kok,” kutekan sekerasnya penisku dan, cleps..
“Auhhtt.., ngghmm Kakaak Jimmhh..,” rintih Nurce di antara sakit dan nikmat.
Penisku telah 1/2 tangkai masuk ke dalam lubang perawannya. Betul-betul masih murni dan rapat. Saya lantas memompa perlahan-lahan bokongku sampai kemaluanku getarkan vagina Nurce.
“Kaakh Jimm ennaak Kakhh, ohhss.. auhh.. Yahh, enakhh.. Kakkh..!” Nuce mulai kepuasan.
Lumayan lama saya meniduri pembantu kakakku itu, sampai pada akhirnya Nurce kejang-kejang karena orgasme, dan saya dan spermaku liar menyemprotkan ke vagina Nurce dengan bersama.
Itil V3
“Kak Jimmy benar cinta saya..?” bertanya Nurce tetap tiduran di sampingku.
“Pasti sayang, kamu demikian mengairahkan.., jangan katakan ke Pak Bram ya jika kita sama-sama cinta,” bujukku.
Semenjak waktu itu kami sering kali lakukan hubungan seksual, dan Nurce semakin pandai saja. Apalagi setiap habis menenggak jamunya Mbak Sri, saya semakin bernafsu dan Nurce ialah labuhan gairahku. Sampai Temu!
Comments are closed.