Publisher Theme
Art is not a luxury, but a necessity.

Narasi Sex Dewasa Perkosa Enaknya Vagina Riri Gadis Siswa SMP

Cersex BergambarUmumnya sih ia membawa motor sendiri, hanya hari itu entahlah mengapa ia pergi sekolah naik becak. Jadi saat pulang dari sekolah ia meneleponku meminta dijemput. Panas sekali hari tersebut. Saat sampai di tempat tinggalnya saya tidak segera pulang. Saya singgah sesaat buat sekadar hilangkan rasa haus. Saya duduk di ruangan tamu, di atas sofa yangpanjang, sedangkan ia menukar pakaian sekolahnya dengan gaun rileks. Entahlah mode apa pakaiannya, yang terang ia menggunakan kaos dengan celana pendek dengan bahannya kaos . Ia terlihat seksi dengan riasan semacam itu. Ia kembali sekalian bawa satu gelas sirup dingindan selanjutnya berbaring di atas sofa dengan posisi kepalanya di pangkuanku.

Kami juga berbasa-basi, sama-sama bertanya berita masing-masing. Karena kita telah lama tidak bertemu. Saya baru saja pulang dari Jogja, ada di sana sekian hari. Ia orangnya memang sangat mudah rindu sama kekasihnya. Ditinggalkan sekian hari saja telah sepertisebulan hebohnya. Dan jika ia sedang rindu, rugi saya jika tidak berada di seginya. Tahu tujuannya kan?

Narasi seks, narasi seks 2018, narasi seks terkini 2018, narasi seks igo, narasi seks serong, narasi seks sedarah, narasi seks setubuhian, narasi seks perawan, narasi seks 2018 terupdate, narasi dewasa igo, narasi ngentot terkomplet.

Lantas kami mulai menceritakan mengenai aktivitas kami masing-masing sejauh ini sekalian kadang-kadang sama-sama mencumbu, berciuman dan berpagutan mesra. Sama-sama mainkan lidah. Kubiarkan mulutnya melumat bibirku. Kubiarkan giginya menggigit halus bibirku. Kurasakan lidahnya menari-nari dalam mulutku. Napasnya yang halus menimpa mukaku. Oh iya, saya paling sukai “kissing” dengannya saat ia sedang makan coklat. Rasanya menjadi tambah sedap. Dan seperti umumnya jika kami sedang berasyik masyuk, ke-2 iris tanganku selalu menari-nari di badannya. Selalu! Orang si dia sendiri yang meminta buat disentuh. “Dasarnya jika kamu sedang mencumbuku, sekaligus deh tangan kamu ngerjain badanku. Agar tidak nanggung. Tetapi harus pada bagian yang peka. Seperti pada wilayah
sini, sini dan di sini!” ucapnya kepadaku sesuatu saat sekalian
tangannya menunjuk leher, dada dan bawah perutnya. Sedap ucapnya. Akunya sih oke-oke saja. Siapakah yang akan menampik disodorin pekerjaan semacam itu.

Mulai pekerjaanku. Kudekatkan kepalaku ke lehernya, kukecup perlahan-lahan leher itu selanjutnya kugigit perlahan-lahan. Ia mendangakkan kepalanya pertanda ia merasa kegelian. Kucium wilayah telinganya dan kukulum sisi telinga yang menggelambir. Ia mendesah perlahan-lahan dan
selanjutnya melingkarkan ke-2 tangannya ke leherku. Tangan kananku juga berusaha menyokong punggungnya supaya badannya sedikit tegak dan tangan kiriku selekasnya kumasukkan ke kembali pakaiannya, menyebabkan kaosnya terangkut sampai ke perut. Tanganku sentuh kulitnya yang lembut. Menyelusup ke punggungnya untuk melepaskan tali BH-nya. Dan mulai tanganku menelusuri bukit barisan tersebut. Kuremas payudaranya, berasa halus sekali, diapun mendesah. Kupilin putingnya, ia mengeluh.
Kutarik puting itu dan diapun mendesah. “Ahh..!” Kuputar-putar jariku disekitaran puting itu “Sshhh..!” Ia mengeluh rasakan kepuasan tersebut. Kuremas-remas buah dada itu berkali-kali, kucubit bukit tersebut. Rasanya kenyal sekali. Tidak akan jemu meskipun setiap hari saya diminta menyentuhnya.

Lantas tanganku juga turun telusuri perutnya, ke arah rimba tropis. Masuk ke celana dalamnya yang dibuat dari kain satin dengan sedikit renda di bagian vaginanya. Kutemukan setumpukan kecil daging yang banyak rambut-rambut lembut. Kugunakan jemari telunjuk dan jemari manisku untuk memotong labianya yang tetap berasa simak sementara jemari tengahku kumasukan sedikit ke lubang senggamanya. “Mmhhh…” Ia kegelian. Ke-2 kakinya terlihat terjulur lempeng, sedikit menegang.
Kucari seonggok daging kecil salah satunya. Sisi yang sanggup mengantar seorang wanita rasakan apakah arti hidup yang
sebenarnya. Sesudah kutemukan mulai tanganku memainkan. Kusentuh klitoris itu halus sekali, tetapi mengakibatkan benar-benar hebat.
Badannya menggeliat luar biasa dengan ke-2 kaki terangkut ke atas menggapai-gapai pada udara. Ia melenguh dengan mata terpejam dan lidah yang menjilat-jilati bibirnya. Langsung kulumat mulutnya. Ia juga membalasnya dengan garang. “Uuhhhh…” Lantas tangan kiriku berusaha menarik
klitorisnya, kupencet, kusentil, kupetik, kugesek dengan jemari tengahku. Ia memang paling sukai disentuh klitorisnya. Dan jika
telah disentuh, bisanya mirip orang sakau. Mendesah, mengeluh, dan menggigil.

Sebelumnya pernah sesuatu saat saya ditelpon agar tiba ke tempat tinggalnya hanya untuk “mainkan” klitorisnya. Ya, ampuun… sesudah senang bermain api, kami juga cari air untuk menyiraminya. Ehh.. sorry, melantur. Selang beberapa saat ia ajakku ke lantai dua.

“Mas, naik ke atas yok?” “Mo ngapain?” tanyaku.
“Ke kamarnya Mbak Dian, di sini panas. Ada AC di situ.” “Bisa!” saya sepakat.

Kami juga naik ke lantai dua. Satu-satu anak tangga itu kami lalui
dan kami juga masuk ke dalam kamar Mbak Dian. Saya segera berbaring pada tempat tidur, sedangkan ia menghidupkan AC-nya. Lantas ia rebah di sampingku. Kami menceritakan kembali dan bercumbu kembali. Ini kali kulepas kaosnya,
setumpukan daging fresh menggunung di dadanya yang tertutup BH semi terbuka seakan ingin melonjak keluar. Waw, melawan sekali dan secara kasar kusentakkan BH itu sampai lepas, lantas terbentanglah panorama alam. Terlihat Sindoro Sumbing yang berjejer rapi. Bergelanyut manja di dadanya. Putingnya yang warna coklat kemerahan kuat tegak ke atas mengerling ke arahku melawan untuk kunikmati. Payudaranya benar-benar cantik memiliki bentuk, terbungkus kulit

kuning langsat tanpa cacat sedikitpun, yang terlihat membias bila terserang sinar, yang mengisyaratkan payudara itu masih kuat. Mahfum payudara perawan yang rajin menjaga badan. Tetapi dengan payudara semacam itu, jangankan sentuh, hanya dengan melihatnya saja kita akan selekasnya tahu jika payudara itu diremas akan terasasangat halus pada tangan.

Kudekatkan mukaku ke dadanya. Mulutku kubuka untuk nikmati ke-2 payudaranya. Berbau wangi ciri khas badannya merebak merasuk ke hidungku. Kuhisap salah satunya putingnya, kugigit-gigit kecil. Lidahku bergerak putar disekitaran puting susunya. Ia melafalkanng kegelian. Menjambak rambutku dan ditegaskan kepalaku ke dadanya. Mukaku tenggelam di situ. Kugigit sedikit sisi dari bukit itu dan kusedot
cukup keras. Nampaklah pertanda merah di situ. Senang kunikmati dadanya, mulai ada keinginan yang menuntut untuk melakukan perbuatan lebih. Terlihat di muka Rirrie. Matanya melihatku sayu. Mukanya memeras dan napasnya mengincar. Jika ia pada kondisi semacam ini, bisa ditegaskan diasedang terangsang berat. Dan saya percaya kemaluannya tentu sudah basah.

Saya menanyakan kepadanya, “Rie, sesekali kita ngewek yok!” “Ah, tidak ingin ah!” ia menampik.
“Mengapa?” tanyaku. “Saya malu,” jawabannya.
“Malu sama siapa?” tanyaku kembali.
“Saya malu dilihat bugil. Saya malu kamu simak anuku.” jelasnya.
“Lho, kamu ini aneh. Saat hampir setiap hari kupegang memek kamu, hanya melihat justru jangan?” tanyaku keheranan.
“He..” ia ketawa manja. Otakku bekerja cari akal.
“Atau begini saja, diambil selimut buat nutupin badan kamu. Nanti kita
mencari style yang membuat memek kamu tidak kelihatan,” usulku asal-asalan, tidak taunya ia sepakat.
“Iya deh Mas”
Saya riang 1/2 mati. Lantas ia juga turun ke bawah ambil selimut. Selang beberapa saat ia telah berada di hadapanku kembali dengan selimut batik pada tangannya. Lantas selimut itu diserahkannya kepadaku.

“Nach, saat ini kamu lepas semua pakain kamu!” perintahku.
Ia juga selekasnya melepaskan semua bajunya. Benar-benar anggun langkah ia melepaskan baju. Perlahan-lahan tetapi tentu. Apalagi saat ia mengusung

ke-2 tangannya untuk melepaskan pencapit rambut yang mengakibatkan rambutnya tergerai cantik tutupi beberapa bahunya. Oh, elok sekali ia. Berdiri telanjang tanpa satu helai benang juga tutupi badannya. Seperti seorang bidadari. Dengan payudara yang kuat mengantung cantik, dengan bulu lembut yang teratur rapi menghias sisi bawah perutnya. Dan saat sadar dianya telanjang bundar, sekencang kilat ia mengambil selimut yang berada di tanganku dan dipakaiya untuk tutupi badannya. Kusuruh ia untuk naik ke atas tempat tidur dengan sikap merayap membelakangiku. Saya selekasnya
melepaskan semua bajuku. Ia melihat ke belakang dan tidak menyengaja melihat penisku yang telah tegang berat dan secara langsung mengalihkan muka. Jemu. Sekalian merajuk manja. “Ihhh…”

Meskipun kami kerap bercumbu tetapi kami tidak pernah sama-sama mempertunjukkan alat penting masing-masing. Jika sama-sama pegang atau sekadar nyentuh sih kerap. Karena itu jangan bingung jika ia jemu waktu menyaksikan penisku. Dan kembali ia itu orangnya pasif.
Maunya “dikerjain” terus-terusan, tetapi jika diminta “ngerjain” sukai ogah- ogahan. Walau sebenarnya ia suka sekali jika diminta menggenggam penisku. Tetapi tersebut ia, ia yang seorang Rirrie yang sarat dengan
tanda pertanyaan. Yang aku juga masih sukai kebingungan untuk meng ikuti jalan pemikirannya.

Aku juga selekasnya merapat bawa semua amunisi yang kupunya. Siap sedia dalam tanding berdarah. Kuangkat sedikit selimut yang tutupi bokongnya dan wangi birahi yang sangat kusukai dari vaginanya menebar. Tanganku juga masuk ke dalam kembali selimut tersebut. Cari wilayah jajahan yang perlu terkuasai. Meraba-raba hingga kemudian kutemukan gundukan tersebut. Berasa betul bulu kemaluannya di jariku.

“Aowww… iiihhh! Mas nakal!” Ia protes saat saya berusaha mengambil sejumlah lembar bulu kemaluannya. Awalnya bagi beberapa pembaca, saya lakukan ini semua tanpa menyaksikan ke vaginanya. Pikirkan, bagaimana susahnya. Masalahnya saya tidak pernah melihat secara langsung vagina saat ini. Mulai kupusatkan perhatianku di wilayah selangkangannya. Vaginanya berasa basah. Tentu ia sangat terangsang. Dan kucari tempat lubangnya dengan jariku.

“Ah, geli Mas!” ia tersentak saat tidak menyengaja tanganku sentuh klitorisnya.
“Hore ketemu…!!!” saya teriak kegirangan.

Pada akhirnya kutemukan lubang tersebut. Kumasukkan seperempat jemari telunjukku ke vaginanya. Sesaat kuputar-putar disitu. Pinggulnya bergerak pertanda ia kegelian. Lantas kutarik kembali dan sekarang
perlahan-lahan kusorongkan rudalku untuk coba tembus dimensi tersebut. Saat pertama penisku sentuh vaginanya, secara refleks ia mengatupkan ke-2 kakinya.

“Dasar perawan..” kataku dalam hati.
Lantas perlahan-lahan kucoba renggangkan kakinya. Berasa ada penampikan lembut disitu.
“Mari donk sayang, direngganging sedikit kakinya. Ucapnya ingin di entotin.”
Ia nurut, perlahan-lahan ia mulai mengangkangkan ke-2 kakinya. Rudalku juga cari lagi targetnya. Mulai melekat di bibir vaginanya. Berasa hangat di sana.

“Aduh Mas, saya deg-degan nich” “Sudah kamu tenang saja deh!”
Perlahan-lahan tanganku berusaha untuk buka tirai tersebut. Kugunakan jari tanganku untuk menyingkap vagina tersebut. Sedikit terbuka. Dan kucoba masukkan penisku. “Bless!” Kepala rudalku segera masuk, membuat Rirrie mengeluh kesakitan, membuat sedikit tidak nyaman.

“Aduh, Mas, sakit nich!” ia mendesah.
Kepalanya mendangak ke atas dengan mimik meredam merasa sakit. “Tahan sesaat ya sayang! Sakitnya paling hanya sesaat kok.” Kasihan sih menyaksikan ia demikian. Tetapi untuk kepuasan itu bolehkah buat.
Tetapi saat kepala rudalku mulai menyingkap masuk vaginanya, berasa ada energi yang kuat dari dalam vaginanya berusaha untuk mengisap penisku supaya masuk ke vagina tersebut. Sampai pinggulku tertarik
maju membuat semua penisku melesak ke lubang tersebut. “Sleep…”

“Ah, Mas sakit nich!” “Tetapi kok sedap ya Mas?”
“Karena itu kalau ingin lebih sedap jangan ribut terus!” kataku.
“Sedap tetapi kok aneh ya Mas? Seperti ada yang ngganjel,” ia bicara sekenanya.
Aku juga ketawa.
“Kamu rileks saja donk, jangan tegang begitu.”

Itil V3
Ia mengikuti perintahku. Dan kesan yang tidak pernah kami merasai mulai menyerap di diri kami. Penisku rasanya seperti diremas-remas halus sekali oleh sesuatu benda asing yang hangat dan basah tidak dikenali, dihisap-sedot oleh vaginanya. Duh.. enaknya hebat. Mataku sampai nanar meredam kepuasan tersebut. Lembab tetapi sangat terasa nyaman. Mulai kugerakkan mundur-maju pinggangku, kugenjot penisku perlahan-lahan dan dikit demi sedikit kupercepat pacuanku, terkadang kupelankan sekalian kubenamkan sedalam- dalamnya ke lubang vaginanya sampai ia menjerit, “Mas.. Mas aduh ini sih sedap sekali.. tusuk kembali donk yang keras Mas!” Rirrie meminta.

Langsung kuturuti permohonannya. penisku bersinggungan dengan dinding vaginanya yang menghasilkan kepuasan tertentu untuk kami. Menyebabkan bunyi berdecak yang menemaniku ke arah sejuta kepuasan.

Selang beberapa saat Ririe mendesah luar biasa sekalian tubuhnya mengarah ke sana-kemari, cepat sekali, tubuhnya meliuk, tangannya meremas- remas sprei tempat tidur sampai berantakan.
“Uuuhh.. sedap sekali Mas.. pelanin donk nyodoknya,” rintih Rirrie. Kuturuti tekadya.
“Uh!” sangat nikmat rasanya.

Kupompa pelan-pelan sekalian kunikmati kepuasan yang menyebar ke semua badanku. Sebentar-sebentar ia menggoyahkan pinggulnya, seakan-akan ingin supaya penisku rasakan kepuasan tersebut. Ke-2 iris tanganku bergerak ke sana kesini menelusuri sisi belakang badannya. Kujambak rambutnya dan kudongakkan kepalanya. Kubungkukan tubuhku lantas kuciumi punggungnya. Kujilati leher tersebut. Kutampar perlahan-lahan bokong Rirrie. Ia menjerit kecil. Tanganku juga ke arah di depan menyikat payudaranya yang menggelantung tidak memiliki daya. Manggut- manggut meng ikuti pergerakan tubuhnya. Membuatku makin horny. Payudaranya berasa lebih keras dari umumnya. Karena mungkin ia
sedang pada keadaan terangsang pucuk.

Kuremas-remas secara kasar. Kupilin-pilin putingnya dan, “Plop…” ya ampun puting itu lepas. Rambutnya yang panjang melambai meng ikuti irama pacuanku. Matanya kelihatan sangat sayu dan sebentar- sesaat terpejam. Sampai akhirnya…

“Adduuhh.. Rirrie tidak kuat kembali Mas..” “Rirrie ingin pipis..”
“Masss.. aaakhh..”

Kurasakan ia menekan vaginanya sedalam mungkin sekalian menggoyang- goyangkan pinggulnya dan mengatupkan ke-2 kakinya yang membuat penisku makin keras terjepit. Tetapi benar-benar, perbuatannya malah semakin menambahkan nikmat gesekan yang kurasakan. Badannya tersentak dan berdiri yang tegak membelakangiku. Kepalanya disandar di bahuku.

“Masss.. sedap sekalii.. Hmmm..”
Lantas kusaksikan kepalanya mendangak ke atas dan ke-2 bola matanya membalik mirip orang kesurupan. Tangannya mengarah ke belakang merengkuh badanku. Dan menekan kuat badanku seakan ingin menjadikan satu dengan badannya. Intensif renyutan vaginanya makin tinggi dan kemampuan mengisapnya juga semakin bertambah besar. Yang mengakibatkan penisku berasa makin tertarik di lubang senggamanya. Kupercepat kembali
pacuanku. Dan akhirnya…

“Ohhh… aaakhhh.. ouch… Mas sedap!”
Teriakannya keluar bersamaan orgasme yang diraihnya. “Seerrr…” cairan bening juga keluar membasahi lubang senggamanya. Banjir. Kurasakan temperatur disekitaran situ semakin bertambah panas. Demikian lama berakhir tetapi Rirrie tetap terus pejamkan matanya dan menekan kuat pinggulnya. Menggerak-gerakannya kekiri dan kekanan. Berusaha untuk menyerap semua kepuasan yang baru sebelumnya pernah dirasaya. Ia meracau tidak karuan. Saat orgasme yang dirasakannya usai, ia juga terkulai
lemas. Jatuhkan badannya di atas tempat tidur dengan mata terpejam. Dalam posisi nungging. penisku lepas dari vaginanya. Badannya bermandikan keringat. Makin menambahkan daya tarik kecantikan badannya. Tidak menyengaja saya menyaksikan wilayah selangkangannya. Rupanya bentuk vaginanya sangat bagus.

Vaginanya yang warna merah jambu terlihat mengembang sedikit monyong dan labia minora-nya terlihat sedikit menjuru keluar. Karena mungkin
barusan rudalku berulang-kali membombardir pertahanannya. Vagina itu berdenyut dan berkilat terserang sinar. Sedikit darah keluar
dari dalam vaginanya perlahan-lahan turun mengucur ke pahanya. Rupanya ia masih betul-betul perawan. Kubiarkan ia untuk atur detak
jantungnya. Supaya sanggup mengumpulkan lagi energi yang tiba-tiba

dikeluarkannya. Kelihatannya ia cukup shock. Mahfum, pengalaman pertama.

“Mas… yang baru saja itu sedap sekali.” Ia berbisik sekalian melihatku dengan senyuman kecil di pojok bibirnya. Senyuman penuh kepuasan. Lantas kurebahkan badannya hingga ia dalam posisi telungkup tidur, aku juga merebahkan badanku menindih punggungnya. Tanganku bergerak lagi ke selangkangannya. Becek sekali di situ. Kucari kembali tempat lubang senggama tersebut.

“Mari sayang membuka kembali surga kamu,” pintaku.
Perlahan-lahan ia mengangkangkan lagi ke-2 kakinya. Dan sekarang giliranku untuk menuai kemenangan tersebut. Demikian menyaksikan Rirrie buka sedikit saja selangkangannya, semangatku langsung membara kembali. Kuambil ancang-ancang untuk masukkan lagi penisku. Satu.. dua.. tiga.. dan, “Bleess…” secara gampangnya penisku tembus vaginanya. Tanpa izin dan karena tidak sabar langsung kugenjot dengan kecepatan tinggi. Tidak lama kemudia kurasakan semua urat nadiku menegang dan darah mengucur ke satu titik. Saya akan capai orgasme.

“Rie, Mas ingin keluar nich..” “Giliran Ya?”
“Iya Mas, dienak-enakin lho!”
Rirrie berbicara sekalian mengatupkan lagi ke-2 kakinya. Berasa ia sedikit melafalkann untuk memberikan kemampuan di wilayah perutnya yang menyebabkan otot-otot disekitaran vaginanya mencekram lagi kuat. Makin kupacu pacuanku dan pada akhirnya di saat bisa terjadi titik kulminasi kuangkat badanku dan kutarik penisku keluar vaginanya dan secara langsung kubalikan badan Rirrie dan kuraih tangan kanannya lantas kusuruh ia mengocak penisku. Kutarik kepalanya dekati penisku. Penisku seperti dipompa sampai bocor.

Air maniku juga menyemburkan kuat dalam pegangan tangannya. Berkenaan mukanya. Saya melenguh. Kusaksikan air maniku menetes di sprei tempat tidur. Air
maniku kelihatannya tidak ingin stop. Tanganya yang halus terus mengurut penisku secara cepat, menyeka-usap kepala rudalku dengan ibu jarinya. Sampai air mani paling akhir menetes pada tangannya. Saya rasakan kepuasan yang hebat. Sampai berasa ke tulang sumsum.

“Sedap Mas?” bertanya Rirrie. Saya menggangguk.
“Tidak pernah saya rasakan yang se.pertii.. ini,” jawabku terbata- bata.

Saya merasa badanku capek sekali. Lemas tidak memiliki daya. Rirrie dekatkan mukanya ke rudalku, dan dengan sangat halus dikecupnya kepala rudalku berulang-kali sekalian berbicara, “Kamu benda kecil tetapi dapat membuat orang besar kelelahan.”Saya tersenyum dengar ucapannya. Rirrie melihatku dengan mesra sekalian menyebarkan senyuman penuh daya tarik. Saya segera ambruk di atas badannya. Menindih badannya. Kugigit perlahan-lahan lehernya. Kujilat dagunya. Kukecup halus bibirnya. Rirrie merengkuh saya sekalian mengecup halus bahuku. Baca : Narasi Dewasa Ngentot Terkini 2018 Dijebak Tetapi Sedap

“Mas kapan-kapan kita ngewek kembali ya Mas?” pintanya.
“Iya sayang. Satu saat kita akan ngewe kembali.. Kita mencari style yang lain,” jawabku perlahan-lahan.
“Saat ini Mas ingin bobo dahulu. Mas kecapean nich,” saya meminta. “Iya deh Mas,” balasnya.
“Mas.. Rirrie tambah sayang deh sama Mas.”

Dan aku juga memperoleh kecupan paling hangat di bibir dalam sejarahku dengannya. Lantas tangannya turun ke bawah menggenggam penisku yang telah benyek dan meremas-remasnya secara halus sampai ia lelap. Selanjutnya kupeluk badannya, kukecup keningnya halus secara berjuta hati yang terdapat.

Dengan tersisa kemampuan yang terdapat, kuangkat tubuhku dan kembali posisi tubuhku sampai kepalaku ada di selangkangannya. Kukecup halus vagina tersebut. Kujilat sedikit lendir yang membasahinya. Kunikmati sesaat daya tarik vaginanya dengan mulutku. Lantas aku juga pejamkan mata. Kami juga tertidur tinggalkan senyuman kepuasan di bibir kami.

Comments are closed.